Lihat ke Halaman Asli

Angga Deka Saputra

Penulis_Frelencer

Kupanggil Kau dalam Doa

Diperbarui: 17 Agustus 2017   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

semua bermula dari sebuah perkenalan beberapa tahun yang lalu, dia adalah sosok lelaki yang cukup aneh dan tidak bersahabat pada waktu.Banyak orang bilang bahwa aku dan dia bagaikan air dan minyak yang tidak pernah mungkin bersatu. bulan demi bulan perkenalan itu masih tetap berlanjut namun perkenalan itu tidak seperti perkenalan yang biasanya, perkenalanku dengannya hanya dipenuhi dengan sebuah perdebatan dari setiap pertemuan. ia itulah kenpa orang-orang menyebut kami seperti air dan minyak. 

namun semua yang terjadi merupakan skenario terbaik yang diberikan oleh Sang Pencipta, tidak ada hal yang tidak mungkin jika itu adalah takdir. ternyata benar takdir itu bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, pertemuan demi pertemuan, perdebatan demi perdebatan yang aku lalui bersamanya membuat aku merasa senang dan nyaman dengan perdebatan itu, sehingga timbulnya rasa penasaran terhadap laki-laki itu. yah, apa mau dikata, rasa penasaran itulah yang membuatku terkagum-kagum dan jatuh hati padanya. Senyum maanis dibibirnya, spontanitasnya ketika dia tidak menyukai sesuatu, dan sifatnya yang dingin dan pendiam semakin membut rasa ini menggebu-gebu, Semua sudah terlanjur terjadi dan membekas hati ini. hal yang selalu terlitas dibenakku adalah spontanitasnya dan senyum manis terhadapku ketika aku kalah dalam perdebatannya.

Terkadang aku berfikir apakah aku hanya mementingkan keegoissanku saja dan hanya memikirkan perasaanku saja tanpa memikirkan dia yang hanya selalu berdebat dalam setiap pertemuan. apakah dia mempunyai rasa yang sama kepadaku atau justru sebaliknya dia sangat membenciku. tidak ada tahu hanya pemilik hatilah yang mengetahuinya. Namun semua itu tidak menjadi masalah buatku. Bukankah setiap manusia memiliki hak untuk meminta kepada yang maha Pemberi. Ia, kepada Rabbul 'izzati. 

Begitupun dengan diri ini. Tentang penantian akan dirimu, entah kapan waktunya akan di persatukan. Karena semua ini masih menjadi rahasia yang selalu aku pinta pada-Nya agar segera dapat terwujud. Tak tau untuk malam keberapa aku terbangun. Semenjak aku memutuskan untuk mengetuk pintu hatimu, lelakiku. Apakah dengan caraku ini engkau akan ku dapat. Atau mungkin ada wanita lain yang lebih kuat dalam mengucap, meminta dipersatukan denganmu.

Untuk malam malam yang dinginnya menusuk. Ketika aku berusaha terbangun melawan rasa kantuk yang begitu berat. Dan terjaga dalam mimpi yang indah. Untuk malam malam selanjutnya, aku terang terangan memintamu pada-Nya. Menyebut namamu agar kelak kau adalah orang yang akan menemaniku untuk menyempurnakan separuh agamaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline