Lihat ke Halaman Asli

Cita-cita, Kadang Nggak Sesuai dengan Kenyataan

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa cita-cita kalian sejak masih kanak-kanak? Pasti jawabannya beragam bin ngawur. Ada yang pengin jadi polisi, tentara, pilot, dan seabrek profesi bergengsi yang melambungkan angan-angan. Bahkan saya pernah menjawab di selembar kertas pas kelas 2 SD : PENYANYI. Yups, karena waktu itu lagi booming-boomingnya Sheila On 7 dan Westlife. Jadi mau nggak mau kena radiasinya.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, kita akan mengerti. Mewujudkan cita-cita nggak semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin sebagian dari kita langsung mengubur dalam-dalam cita-cita yang pernah tertoreh di lubuk hati kecil kita pada masa kanak-kanak dulu.
Yang awalnya kita pengin jadi dokter, tapi malah puas masuk kelas sosial. Tadinya niat jadi guru, justru berhenti karena merasa belajar sudah cukup. Dan, masih banyak sebab-musabab yang membuat kita jauh dari cita-cita.
Sedikit cerita dari teman SMA saya. Awalnya dia cuma pengin jadi guru karena ingin mewarisi tahta sang ibu yang seorang guru SMP. Eh kini malah nampang di koran lokal jadi cover model.
Bakatnya memang sudah nampak dari jaman kelas satu, tiap hari bawaannya dandan muluk. Kalo udah 'rapi' pasti ngajakin jeprat-jepret pake hp. Sampai-sampai file galeri saya dulu cuma penuh foto dia doang. Nggak ilfil sih, karena memang dianya bisa diacungi jempol. Itung-itung buat pamer sama temen-temen waktu itu.
Itulah secuil bukti bahwa apa yang kita cita-cita kan kadang nggak sejalan sama kenyataan. Biar pun begitu bukan berati kita lantas puas dengan apa yang kita peroleh saat ini. Yang masih punya cita-cita, ayo kita wujudkan! Jangan berhenti sebelum lampu merah menyala. Kalo pun belum bisa, semoga anak cucu kita yang meneruskannya.
Yang terpenting kita tetap bisa menjalani hidup dengan damai dan rajin-rajin bersyukur. Semoga Tuhan senantiasa menambah nikmat kita.
Dan, satu lagi . . .
"I have a dream"
Kita harus punya mimpi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline