Dalam konteks AI, kreativitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan sistem AI untuk menghasilkan ide, solusi, atau keluaran yang baru dan berharga yang tidak diprogram secara eksplisit atau ditentukan sebelumnya oleh operator manusia. Hal ini melibatkan kapasitas sistem AI untuk menggabungkan yang sudah ada maupun meggabungkan kembali pengetahuan, pola, dan data yang ada dengan cara yang inovatif untuk menghasilkan hasil yang orisinal dan bermakna.
Hal ini mengacu pada pembelajaran AI terkait dengan kreativitas bahwa sistem AI dapat dirancang untuk belajar dari kumpulan data yang besar, mengidentifikasi pola, dan menghasilkan ide atau solusi baru berdasarkan pengetahuan yang dipelajari. Melalui teknik-teknik seperti deep learning, reinforcement learning, dan pemodelan generatif, sistem AI dapat menunjukkan perilaku kreatif dengan menghasilkan konten, desain, atau strategi baru secara otonom yang melampaui data input yang dilatih
Saat ini kemampuan AI untuk mendukung kreativitas juga sedang dieksplorasi dalam konteks pendidikan, di mana AI dapat membantu memperluas pengetahuan ahli dalam domain tertentu dan mendukung keterampilan seperti pemecahan masalah dan kreativitas melalui kolaborasi dengan AI. Selain itu, AI dapat membantu mendorong pemikiran mandiri dan menciptakan peluang bagi siswa untuk berkreasi, yang pada akhirnya meningkatkan kreativitas mereka di lingkungan belajar.
Secara keseluruhan, Artificial Intellegence (AI) dapat menghasilkan output kreatif dengan menggunakan kemampuannya untuk belajar dari data, mengidentifikasi pola, dan menghasilkan ide atau solusi yang baru dan berharga melalui berbagai proses komputasi
Meskipun alat bantu AI dapat meningkatkan pemikiran kreatif dengan mengurangi kebosanan dan membantu pemecahan masalah, harus ditekankan juga bahwa kreativitas manusia sangat berbeda dengan kreativitas komputasi. Para pendidik harus mempertimbangkan dengan cermat desain dan pemanfaatan alat bantu AI untuk kreativitas dalam tujuan pendidikan yang lebih luas dan potensi dampaknya terhadap pengajaran dan pembelajaran.
Lalu, terkait peran emosi dalam pembelajaran berbasis AI perlu ditekankan bahwa lingkungan pendidikan memerlukan persepsi yang bagus dari siswa serta meninjau pengaruh emosi siswa dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Luckin dkk dalam bukunya yang berjudul "Intelligence Unleashed. An argument for AI in Education" bahwa emosi dapat membentuk pemahaman dan penerimaan siswa terhadap teknologi AI, yang menekankan perlunya lingkungan belajar yang menarik secara emosional.
Maka dari itu, para pendidik dan pembuat kebijakan perlu memperhatikan faktor emosional dalam pembelajaran berbasis AI sehingga terciptanya strategi pendidikan yang lebih efektif, menumbuhkan sikap positif terhadap AI, serta meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H