Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan dan Demam Narsisme Dikalangan Aktifis Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Atas kecanggihan teknologi belakangan ini fenomena narsis tampaknya bukannya berkurang, semakin hari justru semakin bertambah. Kalau dulu fenomena spanduk narsis dengan foto wajah itu “khasnya” milik politisi. Belakangan ternyata demam spanduk narsis ini merambat kekalangan aktifis sosial, mudah-mudahan saja aktifis intelektual tidak terkenal demam “narsisme” ini, lucu juga klw ada dosen yang pasang spanduk narsis untuk ngucapin selamat berpuasa Ramadhan di depan kampusnya masing-masing.

Menurut terjemahan babasnya, narsis adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist).

Ramadhan adalah waktu terbaik baik para politisi untuk “bernarsis ria” lewat spanduk dan baliho karena waktunya yang cukup lama, tak lupa juga lewat media cetak dan online. Bagi yang punya tabungan agak banyak tentu pilihan media radio dan televisi menjadi pilihan berikutnya karena memang lebih efektif menyapa masyarakat secara langsung.

Tapi bagi kalangan aktifis sosial saya masih heran dan tak habis pikir, buat apa sebenarnya spanduk narsisnya itu, terkadang karena design yang seadanya justru terlihat mukanya (maaf) tidak pantas ditampilkan di media tersebut, senyum enggak, meringis juga enggak.

Bagi kalangan politisi tentu spanduk narsis bertujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat bahwa dia masih eksis, masih ada. Tapi bagi kalangan aktifis sosial yang berkocek “sekian” spanduk narsisnya mau buat apa? Berapa banyak juga spanduk yang mampu dipasangnya dijalanan? Paling murah meriah dia akan pasang design yang kurang bagus tadi di akun socmed sendiri dan dilinkkanlah ke semua temanya, dengan banyaknnya komentar, like dan retwitt dari temannya bagi dia itu sudah bagusnya luar biasa.

Dikalangan pemerintah lebih lucu lagi, iklan layanan sosialnya banyak sekali, tapi pesannya tidak akan pernah nyampe ketengah-tengah masyarakat karena pesannya ditulis kecil, tapi wajahnya diperbesar.

Semoga saja demam spanduk narsis ini tidak merembet keberbagai kekalangan. Coba kita bayangkan betapa banyaknya “sampah” spanduk yang muncul dan ‘sampah” iklan di media yang gak nambah kadar iman dan taqwa kita selama berpuasa Ramadhan. Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan 1436 H.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline