Lihat ke Halaman Asli

Sobat, Abaikan Orang yang Sok Tau Tentang Dirimu

Diperbarui: 27 Agustus 2016   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.apkmodar.com


Sobat, kehidupan yang sedang kita jalani saat ini seringkali dihiasi dengan sebuah cerita berwarna-warni. Adakalanya kita menjumpai bagian kehidupan yang membuat kita tersenyum namun terkadang adapula bagian dari kehidupan kita yang membuat kita terasa dibuat marah, sebal, atau bahkan sebal dicampur tertawa alias kelucuan. Benar demikian lah Sobat, karena kehidupan yang kita jalani sekarang memang bukan sebuah jalan lurus dan mulus bak jalan tol bebas hambatan.

Sahabatku yang baik hatinya, hidup di dunia memang terkadang dihadang oleh halangan, oleh kerikil-kerikil. Seringkali tentu kita jumpai, disela kita menjalani aktivitas atau kegiatan yang kita piker tak mengganggu siapapun, ada saja orang di luar kita menilainya sebagai sebuah hal yang negatif. Di jaman sekarang dengan perkembangan teknologi pesatnya, diantaranya berbagai dunia media sosial atau medsos yang menjamur benar-benar bak mata pedang yang bermata dua. Medsos akan bernilai positif jika digunakan untuk hal positif namun sebaliknya justru membuat kita gelap mata jika kita menggunakannya dengan negatif.

Hal ini tampak manakala kita dihadapkan dengan orang yang sirik iri dengan kehidupan atau aktivitas kita. Sebagai contoh, kita tanpa maksud niat negatif apapun membuat sebuah laman berita dalam harian atau homepage semacam press release tapi justru malah dianggap belagu, atau sok pamer aktivitas, sok sosialisasi. Yaa.. pada dasarnya mereka-mereka yang sirik iri pada diri kita itu hanya memandang dari sudut pandang dirinya sendiri yang hampir pasti mencerminkan tingkat kecerdasan yang ia punyai.

Orang yang seperti ini sangat pasti merupakan orang yang tak paham arti sosialisasi dan tipikal orang yang kuper alias kurang pergaulan, tak mengerti perkembangan dunia di mana Indonesia itu luas, terbujur dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau We hingga Pulau Rote. Orang-orang yang (maaf, belagu) seperti inilah hanya memandang dan punya tingkat kecerdasan baik secara emosional maupun pemikiran di bawah rata-rata. Orang-orang yang mengata-ngatain diri kita, yang secara tingkat pendidikan dan kecerdasan pemikiran di atas mereka sesungguhnya tak patut saja menanggapi orang-orang sirik yang nunjukin kebodohannya itu.

Namun, terkadang kita perlu menunjukkan kepada mereka-mereka ini manakala pernyataan berupa serangan-serangan dalam statemen yang mereka lontarkan sudah kelewat batas dan konyol. Ini sesungguhnya bukan soal serang-menyerang dengan statemen, tapi lebih tepatnya bentuk kebaikan dari kita terhadap mereka, agar tidak kelihatan semakin bodoh di muka umum. Ingat, mereka juga saudara kita yang patut untuk dilindungi, patut untuk dicegah agar kebodohan yang barangkali tertanam tak semakin ter blow up ke luar.

Sahabatku yang baik hatinya. Penulis sangat meyakini, orang yang sering berkomentar sirik dan iri pada diri kita adalah mereka-mereka yang sesungguhnya patut untuk kita kasihani. Kenapa demikian? Karena di era yang semakin maju dan daya saing seperti ini ternyata masih ada saja orang yang nyaman di dunianya sendiri, alias bermata pikiran sempit. Negeri kita tercinta ini luas, tidak hanya seluas kelurahan, juga tidak hanya seluas kabupaten atau satu provinsi. Kita seharusnya juga dituntut untuk membinasakan pikiran-pikiran sempit yang seolah hanya mengukur kebaikan aktivitas di sekeliling kita saja.

Mengabdikan diri kepada ibu pertiwi adalah tujuan kita membangun dan melanjutkan perjuangan bangsa. Tumpah darah negeri kita tercinta, Indonesia. Orang-orang yang justru menganggap diri kita bodoh pengalaman, belagum atau bahasa yang tak enak didengar di telinga bisa dipastikan merupakan orang yang suka komentar satu dua kata saja. Mereka kalaulah ditaruh buat membalas sebuah artikel tulisan ini saja dengan sebuah artikel serupa pastilah tak sanggup dan hanya berkilah a, b, c, sampai z. Yaa…karena mereka inilah justru merupakan sekelompok orang bodoh secara pemikiran, tapi sombong tanpa ampun.

Seorang desainer atau profesi apapun misalnya, tak layak untuk mempersombongkan kemampuannya. Kita tentu sependapat, di atas langit masih ada langit, artinya di atas kemampuan yang kita miliki ada kemampuan yang lebih tinggi yang dimiliki oleh orang lain. Jadi, tak perlu lah kita menyombongkan diri kita sendiri. Sudah saatnya orang-orang yang hanya berdiam dalam kardus ukuran kecil, keluar dari zona nyamannya.Sudah saatnya pula, orang-orang yang demikian kita doakan agar dikasih petunjuk oleh Yang Maha Pemberi Petunjuk, agar kedamaian segera menyertainya. Kasihan oh kasihan rasanya manakala hidup orang-orang yang demikian selalu diliputi perasaan resah dan gelisah melihat kehidupan sekelilingnya. Yang ada hanya semangat suka mencerca dan mencaci.

Sahabat yang baik hatinya. Orang-orang yang sukanya mencari kekurangan dalam diri kita sesungguhnya tak akan pernah memandang baik dari setiap apa yang kita lakukan. Selalu dan selalu saja apa yang kita lakukan adalah hal yang salah di matanya. Tapi sobat, inilah namanya kehidupan dan inilah merupakan hal yang wajar. Orang yang cerdas secara pemikiran akan menerima hal ini sebagai sebuah cambuk kehidupan yang justru membuatnya menjadi jauh lebih baik menghadapi masa depan.

Kita memang seorang makhluk bernama manusia yang jauh dari sempurna, dan kita juga tak akan pernah bisa membuat semua orang di sekeliling kita bisa senang terus dengan segala aktivitas kita. Namun, setidaknya kita adalah manusia yang sehat jasmani dan rohani, mampu berpikir rasional dan normal serta patut bersyukur karena kita tak tercipta sebagai seorang yang cacat pemikiran seperti halnya orang-orang sirik iri seperti di atas.

Sahabatku yang baik hatinya. Tak terasa berguna manakala kita berusaha meyakinkan orang yang sukanya melulu mengatakan negatif kepada diri kita, karena hal itupun bukanlah menjadi sebuah kewjiban bagi kita. Orang, jikalau sudah dipenuhi rasa iri dan sirik, atau suka mengata-ngatain belagu buat diri kita sesungguhnya orang itu sendirilah yang akalnya terganggu. Terakhir, marilah Sobatku semu, tetaplah optimistis pandang masa depan. Masa depan bumi pertiwi ini berada digenggaman generasi sehat, berpikiran luas, serta jauh dari kedengkian. Semangat!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline