Lihat ke Halaman Asli

Sebar Survei Abal-abal, Wajarlah TV One di Bully

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14037095581633563593

[caption id="attachment_344808" align="aligncenter" width="675" caption="Sumber : merdeka.com"][/caption]

Sebagai salah satu media televisi dengan slogan “TV One terdepan mengabarkan” , stasiun televisi TV One telah mempertaruhkan muka jurnalistik dan kredibilitasnya di hadapan pemirsa setianya. Sedari dini hari ini (25/6) hingga malam ini, TV One dibully habis-habisan, baik melalui media social Twitter, Facebook, dan sebagainya maupun melalui komentar-komentar di setiap halaman pemberitaan online berbagai macam surat kabar, di antaranya kompas.com, merdeka.com, dan tempo.co.

Tak ada asap kalau tak ada api. Bak nasi telah menjadi bubur. Hal ni bermula dari diblow up nya pemberitaan oleh TV One berikut dialog yang menyertainya pada Selasa malam (24/6) perihal unggulnya pasangan capres-cawapres nomor urut 1, Prabowo-Hatta atas pasangan Jokowi-JK dalam survei yang dilakukan Gallup Indonesia Daily Poll. Dalam acara TV One tersebut, dengan tanpa canggung dan bangganya, dikabarkan bahwa survei tersebut menyatakan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Prabowo – Hatta menang atas Jokowi – JK. Pasangan Prabowo – Hatta mendapat perolehan suara 52 persen sedangkan Jokowi – JK hanya mendapat 41 persen. Hal ini tentunya membuat pemirsa saat itu (termasuk saya) bertanya-tanya dan terkejut. Selain selisih persentase cukup besar, hasil survei tersebut berbeda jauh dengan hasil survei dari lembaga survei local yang ada di negeri ini. Tapi okelah, mengingat hasil survei ini dikelukan oleh Gallup Poll, lembaga survei ternamadi Amerika Serikat. Konon kata TV One yang terdepan mengabarkan seperti itu. (Selasa, 24/6). Terjadilah perbincangan dan dialog di stasiun televisi ini. menurut survei itu, Gallup Indonesian Daily Poll disebut mengeluarkan rilisnya 10-21 Juni 2014. Pasangan Prabowo- Hatta pun mengalahkan pasangan calon Presiden Jokowi – JK di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok, Bali, NTT, Papua dan Maluku. Dijelaskan pula bahwa elektabilitas pasangan Prabowo – Hatta pada kelompok usia pemilih 18-34 sebesar 48 persen dan 45 persen untuk Jokowi. Kebanyakan yang berusia diatas 55 tahun memprediksi Prabowo akan menjadi presiden. Demikian dialog dan kabar yang disampaikan TV One saat itu dengan mengacu pada situs CNN.

Sejak diberitakan TV One inilah, pemberitaan itu langsung dimuat dalam running text televisi swasta ini. Link tersebut pun dengan cepatnya disebar oleh para pendukung Prabowo-Hatta.

[caption id="attachment_344819" align="aligncenter" width="603" caption="Running text di TVone (diambil dari foto : Eddy Roesdiono)"]

140371285526385702

[/caption]

[caption id="attachment_344811" align="aligncenter" width="250" caption="Sumber : merdeka.com"]

14037098761222151409

[/caption]

Namun beberapa saat kemudian….tepatnya pukul 01.15 (25/6), stasiun televisi yang ditunggangi CEO Ardi Bakrie (Putera Aburizal Bakrie) ini meminta maaf atas penerbitan berita tersebut. "Mohon maaf berita Gallup kami tarik menunggu konfirmasi," tulis TV One di news ticker-nya.

Cetaarr..membahana..munculnya permohonan maaf ini menyusul ditemukannya informasi yang menyebutkan bahwa sesungguhnya sumber berita yang menjadi rujukan TV One bukanlah berita CNN yang beralamatkan di www.cnn.com namun berasal dari blog jurnalisme warga yang disediakan media online CNN, iReport. Karena ditandai oleh masyarakat dan ditemukan pelanggaran terhadap Pedoman dan Syarat Penggunaan iReport Community, CNN selanjutnya menghapus link tersebut(24/6). Alhasil berita kemenangan Prabowo-Hatta (52%) atas Jokowi-JK (41%) berjudul 'Indonesians Predict Prabowo Will Be Next Indonesia President' pun tak dapat ditemukan lagi. Yaa..karena ternyata merupakan berita hoax dan tak dapat dipertanggungjawaban. Berikut sekelumit isi kejanggalan yang ada seperti yang ditulis sebelumnya oleh berita hoax yang pada akhirnya dijadikan rujukan TV One.

"What tips the balance of national opinion more strongly in favor of Prabowo is that, by a nine-percentage point margin, independents join Prabowo coalitions party in believing Obama is likely to win. (Apa tips keseimbangan opini nasional lebih kuat mendukung Prabowoadalah bahwa, dengan marjin poin sembilan persen, mereka yang tidak berpartai bergabung dengan koalisi partai Prabowo dengan keyakinan Obama kemungkinan akan menang.)"

Pertanyaaannya, Nama 'Obama' yang muncul dalam paragraf tentang analisa kemenangan Prabowo di atas jelas sungguh tidak nyambung. Boleh jadi si pengedit tergesa-gesa , sehingga dalam proses editannya ada yang “ketelingsut”. Pengunggah tampaknya lupa. Yaaa…lupa mengubah kata "Obama" menjadi "Prabowo".

Hal ini dikuatkan dengan penelusuran terhadapGallup yang merupakan lembaga survei politik dan bisnis berskala global yang berbasis di Washington, DC, Amerika Serikat menunjukkan Gallup ini belum pernah menerbitkan hasil survei tentang pemilihan presiden 2014. jadi, laporan hasil survei palsu tersebut direkayasa dari laporan Gallup yang berjudul "Americans Predict Obama Will Be Next U.S. President". Gallup menerbitkan hasil survei itu pada 16 Juni 2008. Penulis laporan di iReport CNN menyunting sebagian kecil isi laporan resmi Gallup tersebut. Penyunting mengganti kata "Obama" dengan "Prabowo" kemudian mengganti masa rilis surveinya, dan menyunting beberapa bagian lainnya. Namun sekali lagi sayang, terdapat kata “Obama” yang ‘ketelingsut’ belum diganti “Prabowo”.

Baiklah, apapun hal itu, TV One telah meminta maaf dan menarik berita hoax ini. Namun sungguh pantas disayangkan, TV One yang mengumbar slogan “TV One Terdepan Mengabarkan” bisa-bisanya mengabarkan sesuatu hal yang belum dicek kebenarannya terlebih dahulu. Asal comot dari link, apalagi link yang dicomot bukan merupakan link berita resmi dari sebuah media elektronik, tapi merupakan blog jurnalisme warga.Bolehlah mendukung pada pihak A atau pihak B, namun kode etik jurnalistik haruslah dikedepankan dalam mengabarkan. Bukan hanya sebatas jadi slogan saja. Apa gunanya memakai slogan “TV One Terdepan Mengabarkan” apabila ternyata kabar yang diberitakan merupakan kabar burung.

Hemmm…sebuah pelajaran berharga buat TV One..

Mendukung Jokowi-JK itu baik, mendukung Prabowo-Hatta ya silakan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline