Kau harus jadi milikku, Sam. Harus! Karena kau memang selayaknya untukku, bukan dia yang berstatus sebagai istrimu itu! Bisa apa dia? Bahkan untuk membahagiakanmu saja dia tak mampu. Buktinya, kau masih saja terus menemuiku, masih terus membisikiku ribuan cinta yang pernah kau lemparkan dulu, sebelum perempuan sialan itu merebutmu dariku! Seperti mengorek bangkai yang sudah kau hempas jauh-jauh, kemudian mengambilnya kembali, dan kau perlakukan bagai sebongkah berlian.
Sam, mulai malam ini, kau milikku selamanya. Ayo sayang, aku tak mau kehilanganmu untuk yang kedua kalinya. Ada baiknya kita berikrar bersama, berjanji saling setia, sehidup semati. Maukan sayang?
Tok! Tok! Tok! Aku dikejutkan oleh ketukan pintu dari arah luar. Getaran pintu terasa begitu kuat, ada yang berteriak di balik pintu seraya mengumpat "dasar kau pelakor! Keluar kalian, atau pisau ini yang akan merobek-robek organ tubuh kalian!"
Aku begitu mengenali suaranya, Sam. Diakah wanita yang kau nikahi? Yang menyebutku pelakor, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri?
Aku tersenyum mendengarnya. Kulihat matamu sudah terpejam semenjak beberapa menit lalu, kepalamu bersandar di dadaku, dan napasmu, oh saat ini napasmu sudah menghilang.
Aku mengoleskan kembali lipstik merah merona pada setiap sisi bibirku. Baiklah Sam. Sudah saatnya secangkir kopi bercampur racun yang aku genggam sedari tadi aku minum, aku akan menyusulmu sayang. Sampai jumpa, walau di dasar neraka sekalipun!
.
Cerpen sebelumnya [Cium] Bara Api Ciuman Semalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H