Selepas hujan reda
Aku mencoba mencari warna
Yang tersembunyi di balik mega
Namaku Rani, ini ceritaku.
Usiaku enam tahun pada saat itu. Duduk di bangku kelas 1 SD adalah hal baru yang pastinya membahagiakan bagi kebanyakan anak kecil seusiaku. Bertemu dengan teman baru, guru yang menyenangkan, diantarkan oleh kedua orang tua, oh tapi untuk hal yang terakhir itu aku tak merasakannya.
Ibuku mengalami kecelakaan saat aku baru saja merasakan cerianya masa SD. Ya, baru dua minggu. Kaki ibu tak bisa lagi berjalan semenjak itu. Ibu sudah tak bisa lagi bekerja sebagai buruh cuci. Sementara ayah, ah sepertinya aku tak ingin menyebutnya lagi sebagai ayah, ia mungkin lebih pantas aku panggil dengan sebutan, lelaki bajingan?
Lelaki bajingan itu lebih memilih membawa seluruh uang yang kami punya, dan menikah lagi dengan perempuan lain yang tak kalah bejatnya.
Untuk hidup sehari-hari pun kami bergantung dengan orang lain, lalu bagaimana aku akan membawa ibu ke Rumah Sakit? Rasanya mustahil.
**
Pada sebuah sore selepas hujan, Rani melihat ibu tampak duduk sambil menggenggam sesuatu di beranda rumah, pandangannya menerawang jauh, jauh sekali.
Rani mendekati sang ibu, kemudian memeluknya dari belakang, tampak sesuatu yang digenggam ibunya, sebuah foto! Itu foto ayah!