Lihat ke Halaman Asli

Apa Harus Impianku Berakhir karena SNMPTN?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama lengkap ku Puteri Lee Queenie. Seorang gadis asal Sukabumi yang hobby menulis dan berbicara. Tiga tahun aku bersekolah di SMA favorit, sekolah yang sempat mendapat gelar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Begitu sulit masuk SMA satu ini, katanya selain memiliki otak pintar sisi keberuntungan pun sangat diperlukan. Yah pantas saja, karena begitu banyak orang yang ingin menyekolahkan anaknya di Sekolah ini. Aku beruntung bisa diterima disekolah menengah atas impian orang banyak. Saat aku berbahagia merayakan kebahagiaan serta kepuasan batin, diluar sana anak seumuran ku justru mendapatkan kisah pilu karena impiannya untuk bersekolah di SMA Negeri 1 Cibadak Sukabumi harus kandas. Yah, ini lah lingkaran takdir.

Selama tiga tahun bersekolah aku berusaha sebisa mungkin agar tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Aku selalu menjaga nama baik keluarga dan sekolah. Aku memang bukan anak paling pintar, tapi berusaha agar menjadi anak yang dikenal oleh warga sekolah. Aku aktif diberbagai kegiatan sekolah seperti OSIS/MPK dan Mading. Selama ini aku menghabiskan waktu untuk sekolah, sekolah dan sekolah…

Kecintaan ku pada dunia sosial berdampak pada impian, pada masa depan, pada cita-cita. Impian ku paling tinggi adalah membuat sebuah lembaga sosial. Ingin sekali rasanya dapat melanjutkan pendidikan di Universitas Padjajaran jurusan Ilmu kesejahteraan Sosial. Teman-teman dan guru sangat setuju dengan harapan ku itu. Setiap belajar dikelas aku selalu aktif dalam berdebat mengenai masalah apapun. Aku suka berkomunikasi, aku sangat cinta dunia sosial. Aku ingin sekali membuat Panti Derpesi! Semua tahu itu….. Hingga tibalah saatnya untuk mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur undangan. Aku bersikeras mendaftar ke Kesejahteraan Sosial Universitas Padjajaran meskipun keluarga tidak ada yang setuju. Keluarga lebih mendukung agar aku menjadi guru bahasa Indonesia, kata mereka kemampuan ku lebih menonjol dalam sastra dan berbicara. Menjadi guru yang mampu mendidik dengan baik adalah kemampuan ku katanya. Dulu, aku memang berkeinginan menjadi guru Bahasa Indonesia, sejarah, BK atau guru sosiologi. Tapi karena Panti Depresi semua berubah. Yah, cita-cita tetaplah cita-cita. Aku mengabaikan omongan mereka.

Berdoa setiap waktu serta tidak meninggalkan ibadah dilakukan demi mendapat Ridho Yang Maha Penguasa. Menantikan pengumuman SNMPTN membuat hati semakin tak menentu. Tuhan… Aku ingin lolos SNMPTN. Aku pasti lolos.. Aku yakin lolos…. Tuhan .. Kau Maha segalanya, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Mu. Tidak ada! Setiap hari mengingat-Mu. Setiap hari aku berserah diri pada-Mu. Tuhan, untuk satu ini tolong kabulkan semua impian, kabulkan harapan, kabulkan doa Hamba-Mu yang setiap hari memikirkan hasil SNMPTN.  Aku tahu daya tampung jurusan Kesejahteraan Sosial Unpad hanyalah sedikit, tapi lagi –lagi aku bilang.. Inilah cita-cita!

Pengumuman SNMPTN dimajukan, Tuhan…. Apakah keajaiban-Mu berpihak pada ku? Aku harap Ya! Aku buka pengumuman SNMPTN bersama saudara ku yang juga mendaftar SNMPTN, saudara kembarku. Aku lebih dulu membuka hasil itu, dan hasilnya………. Aku gagal!!!! Sedih, bingung, tak menyangka. Aku hanya bisa diam tanpa berbicara apapun, masih menatap ragu tulisan itu. Air mata tidak keluar setetespun. Itu salah kan Tuhan? Saudara ku kaget. Aku menarik nafas dan langsung bilang “Yah.. bukan rezeki. Belum beruntung” . Lalu giliran saudara kembarku yang membuka hasil SNMPTN. Puji syukur hasilnya membahagiakan, dia dinyatakan Lolos di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Psikologi, jurusan yang sangat diimpikannya sedari Sekolah Menengah Pertama. Dia sangat bahagia dan langsung menjerit, keluarga besar ku ikut bersorak memberi selamat, semua merayakan keberhasilannya. Aku berusaha tidak menangis pada nasib sendiri. Aku tersenyum penuh bangga pada saudaraku. Tuhan mengabulkan doaku yang lain. Tuhan mengabulkan doa ku agar saudara kembar ku dapat meraih hayalannya, diterima di PTN. Tapi Tuhan tidak mengabulkan doa ku untuk diri sendiri, Tuhan punya skenario lain. Maksud Tuhan apa? Aku tak tahu..

Aku menangis dikamar tanpa diketahui siapasiapa. Malu rasanya…… Ingin bersedih tapi teman-teman dan saudara sedang bahagia, rasanya tak pantas bersedih diatas kebahagiaan orang-orang yang dicinta. Tangisan ini penuh arti, disatu sisi aku bersedih karena sakit hati gagal masuk Universitas hayalan, tapi disisi lain aku bangga dan bahagia karena dihari ini banyak sekali anak-anak seangkatan yang  mampu mencapai harapannya ditahun ini. Mereka beruntung sekali..

Tuhan…. Kau mendengar semua doa-doa ku selama ini kan? Tapi kenapa Kau membuat ku kecewa dihari yang kutunggu ini? Apa doa ku kalah cepat dengan doa mereka yang menginginkan jurusan yang sama seperti ku? Atau kelakuan ku selama ini yang membuat-Mu enggan mengabulkan doa ini? Aku menangis selama lima jam tanpa henti, menangis tanpa suara. Sakit sekali…… Kepala tiba-tiba berat, pusing. Aku belum ikhlas. Apa impian ku ini terlalu muluk? Muluk disebelah mananya? Lagi-lagi aku tak tahu. Hingga ucapan Mama yang menyadarkan. Katanya… : “ Mamah pernah bilang, kamu cocoknya jadi guru. Kamu harusnya masuk UPI. Mamah yakin, kalau disitu pasti diterima. Doa orang tua itu Ridho Tuhan!. Tapi Mamah bangga sama kamu! Kelak, kamu akan jadi orang sukses, orang kaya, orang yang dikenal banyak orang. Ingat omongan Mama! “ . Deg! Aku tahu sekarang jawaban-Mu Tuhan. Kau ingin menyadarkan ku bahwa perkataan orang tua itu benar, bahwa sikap ku yang selama ini membangkang pada orang tua adalah sebuah kotoran yang menghalangi impian. Aku semakin malu…..

Aku tidak bisa tidur semalaman. Mata berat karena air mata, kepala tambah sakit mengingat impian besar tahun ini yang tak Tuhan kabulkan. Sampai jam tiga malam mata tetap tidak bisa ditutup untuk terlelap. Aku sekarang sadar.. Tuhan Maha Bijaksana. Yah, impian ku kali ini hancur. Sekarang ini aku sudah malas kuliah. Yah, malas sekali. Patah hati ini begitu menyesakkan. Adilkah?

Aku malu pada diri sendiri dan pada mereka tentunya. Mereka yang selama ini tahu impian besar ku. Dulu, aku sempat berkata pada teman-teman “ Cita-cita gue bikin Panti Depresi, eh tau tau gagal masuk Unpad Kesos. Nanti malah gue yang masuk Panti Depresi!” Ya Tuhan… Ucapan konyol ku itu menambah patah hati dan kecewa. Tuhan mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut asal ku? Okey, ini jawaban Tuhan yang kedua. Banyak teman-teman lain yang menggambarkan kesedihannya padaku, mereka bercerita dalam tangis. Hati semakin teriris. Aku kaget luar biasa mendengar teman-teman yang sebelumnya diprediksi akan lolos malah tidak lolos, padahal mereka sangat pintar, memiliki banyak piagam dan sertifikat perlombaan. Tuhan…… Apa lagi ini? Mau-Mu apa? Selama ini kami berusaha, kami yakin, kami diprediksi lolos. Tapi ke Maha hebatan-Mu mengalahkan segalalanya. Kau luar biasa!

Malu harus pergi ke sekolah.. Malu bertemu dengan mereka yang mungkin akan bertanya: “Lo lolos SNMPTN gak? “ , “Kamu gimana? Lolos kan? “ . “Kakak kuliah dimana? Kemarin lolos SNMPTN?” . Kalau begini, Strategi menutupi kesedihan harus dikerahkan! Yah, aku pergi ke sekolah untuk mengambil undangan perpisahan dengan menebarkan senyuman, berjalan tanpa harus menghilangkan sisi kepercaya dirian dan kebahagiaan. Berusaha terlihat ikhlas dan tegar meskipun menahan tangis dan kecemburuan. Well,  Itu berhasil! Aku mampu menghibur teman-teman yang bersedih dan tidak beruntung yang posisinya sekarang sama seperti ku. Tuhan…… Aku semakin kuat saja. Terimakasih.

Pikiran ku sudah kacau. Tak tahu harus bagaimana. Hingga aku berpikir……. Sekarang saatnya aku membahagiakan orang tua dan keluarga. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya pendidikan lagi untuk ku, karena … Aku lebih memilih bekerja. Aku ingin membahagiakan mereka dengan uang hasil sendiri. Sekarang, aku hanya akan fokus kerja, apalagi pada penampilan.. penampilan dan penampilan. Bukankah untuk seorang wanita bekerja itu mudah? Asal punya tampang dan keaktifan. Kuliah bisa nanti kan? So…… Bye Kesejahteraan Sosial!!! Meskipun sedih sekali tapi aku yakin rencana Tuhan ini adalah hal yang paling bijaksana. Teman-teman akan kuliah dan mengeluarkan uang, aku akan bekerja dan mendapatkan uang. Kita sama-sama bahagia kan teman?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline