Lihat ke Halaman Asli

3 Strategi PeDe Berbicara di Depan Umum (Public Speaking)

Diperbarui: 25 April 2017   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momok paling menakutkan nomor 2 di dunia itu adalah berbicara di depan umum. Semenakutkan itu sehingga seminar public speaking yang saya dan tim selenggarakan menjadi sebegitu diminati dan selalu "fully booked". Ada yang ikut karena penugasan dari kantor, ada yang ikut karena merasa “kepepet” harus sering berbicara di depan publik, dan ada yang ikut tanpa tahu semendesak apa mereka ikut.

Apa pun motivasi mereka, penting bagi saya menegaskan betapa penting kemampuan berbicara di depan publik bagi siapa pun, termasuk sales dan leader. Sales sangat membutuhkan kecakapan ini tatkala memperkenalkan produk lewat presentasi. Leader sangat membutuhkan kecakapan ini terutama ketika menyuntikkan semangat dan arahan kepada tim. Keduanya membutuhkan kecakapan berbicara di depan publik yang persuasif dan inspiratif. Persuasif berarti mempengaruhi, inspiratif berarti menggerakkan dari dalam.

Di kelas PERSUASIVE PUBLIC SPEAKING yang saya bawakan, saya dan tim mengajarkan dan melatihkan kemampuan berbicara di depan publik dengan metode yang masuk di akal dan mudah dipraktikkan. Di artikel ini saya sampaikan alur pembelajarannya supaya anda mulai bisa mencicipi bagaimana asyiknya berbicara di depan publik, sebelum anda ikuti “coaching clinic” bersama saya.

#1 Gusur Belenggu Mental

Semula, saya menganggap bahwa belenggu mental hanya menghinggapi mereka yang belum pernah atau baru pertama kali berbicara di depan umum. Ternyata tidak. Mereka yang sudah kerap tampil pun tak jarang mengalami apa yang disebut sebagai demam panggung. Juga saya. Ada saat-saat tertentu saya merasa grogi—level belenggu mental yang ringan, ketika merasa audiens yang bakal mendengarkan saya lebih hebat, lebih berilmu, lebih berpengalaman, dan lebih-lebih yang lain. Kadang juga merasa tidak terlalu menguasai materi, terutama ketika diminta berbicara dadakan di sebuah acara. Kadang sepele: salah kostum.

Setelah belajar NLP (neuro-linguistic programming), belenggu mental seperti itu sangat mudah dan cepat saya atasi. Anda bisa dengan mudah menirunya. Saat anda diminta berbicara di depan publik, bersyukurlah, sambil tarik-lepas nafas sewajarnya, bahwa anda mendapatkan kepercayaan, dan mampu menunjukkan bahwa anda layak dipercaya. Bayangkan bagaimana tepuk tangan audiens akan bergemuruh saat kita selesai berbicara nanti.

#2 Akrabi Audiens

Hadir lebih awal adalah prinsip saya dalam acara apa pun, lebih-lebih di acara yang menempatkan saya sebagai pembicara, baik sebagai salesmanship trainer maupun sebagai leadership coach. Satu jam lebih awal setidaknya. Secara teknis, datang lebih awal penting untuk memastikan bahwa ruangan telah tertata sesuai dengan keinginan kita, sistem tata suara sudah bagus, dan perlengkapan lain sudah tersedia di tempatnya.

Secara mental—ini yang lebih penting, datang lebih awal menempatkan kita sebagai “penguasa arena”. Kita yang menyambut audiens. Bisa betul-betul menyambut secara fisik lewat menyalami audiens, bisa menyambut secara imajiner lewat mengamati dari balik tirai satu per satu audiens yang datang. Pengenalan kita akan audiens sangat mempengaruhi kesiapan kita berbicara. Dengan mengenali profil mereka, kita bisa menyapa mereka secara personal. Audiens yang disapa biasanya lebih apresiatif karena merasa dimanusiakan.

#3 Fokus pada Topik

Nah, ternyata, menurut pengalaman para pembicara publik terkemuka, seperti saya juga alami, kesiapan mental lebih penting didulukan daripada kesiapan materi bicara. Artinya, begitu tiba saatnya kita berbicara, kesiapan mental lebih menentukan keberhasilan penampilan kita—sebab kesiapan materi sudah semestinya beres saat kita berangkat ke acara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline