Lihat ke Halaman Asli

Melatih Otot Juara, Bisakah?

Diperbarui: 26 April 2017   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sahabat Juara,

Apakah kebetulan jika Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad kembali menjadi Juara? Seperti berita yang sudah kita tahu, pasangan ganda campuran bulutangkis Indonesia itu kembali menjadi Juara China Open dan Hongkong Open Super Series 2016? Sebelumnya, di tahun yang sama, mereka meraih emas dalam Olimpiade di Rio? Sebelumnya lagi tiga kali (Hattrick) Juara All England (2012, 2013, 2014), dan untuk Liliyana Natsir tiga kali juara dunia dengan pasangan yang berbeda (2005, 2007, 2013).

Sebagai Mindset Coach yang turut mengantar kedua pasangan tersebut menjadi Juara Dunia, dan oleh karenanya saya dijuluki Motivator PARA JUARA, saya merasa perlu menanggapi pertanyaan bagus itu.

Di seminar atau workshop, saya ada waktu cukup banyak untuk menjelaskan bagaimana Juara itu bisa diulang-ulang. Di sini, karena keterbatasan ruang juga, saya akan jelaskan secara sederhana.

Singkatnya, ternyata, keberhasilan manusia tidak hanya ditentukan oleh memori otak (brain memory), melainkan juga oleh memori otot (muscle memory). Keduanya bertalian. Memori otak dibangun dari pengetahuan, sedangkan memori otot dihasilkan dari latihan. Jika keduanya sudah terlatih betul, tak mudah dipilah apakah suatu tindakan ditentukan oleh memori otak semata atau juga oleh memori otot.

Pasangan Juara yang sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia itu punya banyak pengetahuan untuk menjadi Juara. Salah satunya mereka punya pengalaman menjadi Juara. Otak menyimpan ingatan bagaimana rasanya menjadi Juara, juga tahu bagaimana proses menjadi Juara tersebut berlangsung. Logika mereka mengatakan, sesuatu yang pernah mereka raih tentu bisa diraih kembali, bahkan dengan cara dan sikap yang lebih mudah dari sebelumnya.

Namun mereka menyadari, pengetahuan saja bisa membiaskan impian mereka. Mereka pasti berhitung, kalau pun pernah menang, lawan tanding yang bakal dihadapi besar kemungkinan berbeda. Bisa jadi lawan mengubah strategi permainan agar "tidak mudah dibaca" dan untuk mengacaukan ritme permainan mereka. Dukungan dari penonton tentu juga beda untuk setiap pertandingan. Cuaca dan arena juga tak selalu sama. Artinya, pengetahuan tentang Juara itu pun mesti selalu diuji.

Bagaimana cara mengujinya? Tiada lain adalah terus menempa diri dalam latihan-latihan otot sampai dengan mahir. Ya, latihan otot layaknya olah raga itu.

Caranya sederhana. Pertama, visualisasikan kembali suasana ketika anda pernah Juara—juara apa pun. Ingat-ingat kembali berapa banyak orang yang menyoraki kehebatanmu, dengarkan kembali suara tepuk tangan penonton, dan rasakan kembali bagaimana anda bangga menerima anugerah itu. Visualisasikan seolah-olah anda ada kembali di sana.

Kedua, putar kembali film anda bagaimana proses menjadi Juara tersebut. Ingat-ingat kembali bagaimana anda mengumpan ke lawan, mengembalikan serangan, dan melontarkan serangan tajam. Ajak tangan anda menggerakkan kembali gerak demi gerak saat pertandingan itu. Ajak pula kaki dan seluruh tubuh untuk memeragakan ulang gerakan-gerakan selama pertandingan.

Ketiga, ingat-ingat kembali persiapan apa saja yang sudah anda tempuh sebelum pertandingan  berlangsung? Ada pemanasan? Ada sikap hening sebentar supaya tenang? Ada doa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline