Lihat ke Halaman Asli

Saskia Ubaidi

Pustaka Aristoteles

Update Status ala Perempuan? Siapa Takut

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kearifan para pemimpin negeri ini untuk memuliakan perempuan sangat tergantung bagaimana sikap  perempuan sendiri menanggapi perkembangan moralitas bangsa ini secara umum.

Peran perempuan tidak harus melulu dihitung dari bagaimana peran keterlibatan perempuan dalam sektor publik, berapa jumlah politisi perempuan di lembaga legislatif, berapa jumlah pejabat publik dan karier dalam pemerintahan? Dan pertanyaan lain yang berkisar tentang kuantifikasi.

Setuju sekali, peningkatan kuantitas perempuan dalam sektor publik adalah penting. Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kebijakan yang ada, dapat meningkatkan kapasitas perempuan dalam meningkatkan kapasitas manusia Indonesia menjadi manusia yang sanggup bersaing dengan bangsa lain.

Hal ini jauh lebih penting ketimbang membicarakan kuantitas peran perempuan di sektor publik. Perempuan memiliki “Bargaining position” yang sangat potensiial agar dapat meningkatkan jejaring pergaulan dan kepercayaan diri serta kemandirian di bidang ekonomi,sosial,politik sebutlah apapun itu  sebagai pemberdaya di publik.

Sebagai contoh perempuan dan internet , Fenomena melek teknologi internet alias “Anti Gaptek “, dengan kemudahan perangkat telepon gengam dengan istila “smart phone” bukankah ini kemudahan “Boderless world”dari sisi teknologi,komunikasi, dan informasi yang kemudian masuk kedalam ranah domestik/keluarga.

Sebuah sumber menyebutkan bahwa Perempuan semakin banyak juga yang menggunakan internet. Tidak diragukan lagi perempuan makin menyukai dunia internet seiring semakin majunya dunia internet itu sendiri dan teknologi untuk mendapatkannya. sebuah data menyampaikan bahwa pada tahun 2010, 46 persen pengguna pengguna internet di seluruh dunia adalah wanita. Bahkan tahun ini dengan makin majunya “Social media” seperti Facebook, Twitter, Path, blog” angka keterlibatan perempuan dalam menggunakan internet akan semakin naik. Data terakhir menunjukkan perempuan terutama di “Social media” melebihi jumlah laki-laki, bahkan yang paling banyak mengakses “Social media” dengan ponsel adalah perempuan.

Sepatutnya kaum perempuan era kini lebih bersyukur atas segala kesempatan baik di segala bidang. Banyak sekali ditemui prestasi dan karya luar biasa yang diwujudkan berkat emansipasi gender serta perluasan wawasan informasi yang berkembang.

Sudah banyak perempuan yang  mampu mengubah paradigma “Sosial Media “ menjadi bukan sekedar mampu mengakses &memiliki email untuk akun Facebook, namun sudah muncul kesadaraan pemberdayaan Usaha Kecil menengah di daerah , bagaimana industri rumahan mampu memaksimalkan pemasaran penjualannya dengan mengimplimentasikan dari menjual secara online. Tak jarang pula kita jumpai begitu banyak aspirasi yang bisa terbaca melalui para blogger perempuan menyuarakan berbagai macam suara.

Inilah contoh kemandirian perempuan yang mungkin tidak kalah dengan perempuan-perempuan lain di parlemen atau jabatan publik.

Banyak perempuan sederhana yang mampu menjadi agen transformasi domestik keluarga sebagai garda depan yang patut kita hargai. Namun Dan tentulah wacana ini hanya sebuah cerita kosong jika Pemerintah pun tidak turut berpartisipasi fasilitasi dengan menghadirkan jaringan sarana telekomunikasi internet hingga ke pelosok-pelosok negeri.

Mengingat Kita adalah bangsa besar,kita membutuhkan manusia yang kokoh dan mandiri agar mampu bersaing pada abad-abad mendatang. Kita membutuhkan khususnya para perempuan sebagai agen domestik namun juga mampu berada dalam pemberdayaan & keterlibatan publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline