Lihat ke Halaman Asli

Puspo Lolailik Suprapto

Esais/Bookstagrammer

Kumon: Antara Prestise dan Trauma, Menimbang Kesesuaian Metode Belajar untuk Setiap Anak

Diperbarui: 19 Agustus 2024   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumon | Sumber: facebook.com/Kumon Pasar Balikpapan

Persaingan di dunia pendidikan yang semakin ketat membuat orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan mereka ke tempat les Kumon.

Tempat les asal Jepang ini sangat terkenal di Indonesia, tidak hanya karena kurikulumnya yang unik dan terbukti efektif, tetapi juga karena sudah ada sejak tahun 90-an, sehingga sudah sangat dikenal oleh masyarakat.

Selama bertahun-tahun, Kumon telah dikenal baik oleh para orang tua. 

Namun, bagi sebagian murid, tempat les ini justru menjadi sesuatu yang menakutkan. 

Bukan karena fasilitas atau kualitas pengajarannya, tetapi karena mereka merasa dipaksa ikut. 

Ternyata, banyak murid yang ikut les di Kumon hanya karena orang tua mereka terlalu bersemangat mendaftarkan mereka.

Tempat Les yang Menjadi Sesuatu yang Menakutkan Bagi Banyak Anak

Saya sering mendengar anak-anak yang mengaku trauma setelah ikut les Kumon.

Bahkan, karena tempat les ini sudah begitu menakutkan bagi sebagian orang, sampai-sampai muncul meme lucu tentang logo Kumon. 

Meme Kumon | Sumber: x.com/tang__kira

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline