Lihat ke Halaman Asli

Puspo Lolailik Suprapto

Esais/Bookstagrammer

Penance, Menelusuri Sisi Gelap Pola Asuh Orangtua dan Dampaknya Terhadap Trauma Anak

Diperbarui: 23 Juli 2024   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penance, Menelusuri Kegelapan Pola Asuh dan Dampaknya Terhadap Trauma Anak (dokpri)

Minato Kanae, seorang penulis novel misteri terkenal, selalu menghasilkan karya yang menarik untuk dibaca. Setelah sukses dengan novel debutnya, Confessions, yang meraih posisi pertama dalam 10 besar novel misteri terbaik versi Weekly Bunshun, Minato Kanae kemudian menerbitkan buku berikutnya, Penance.

Penance mengisahkan sudut pandang masing-masing tokoh, yaitu Sae, Maki, Akiko, dan Yuka, yang menceritakan penderitaan mereka setelah teman mereka, Emily, terbunuh 15 tahun lalu. Setiap karakter memiliki cerita sendiri yang saling terhubung, yang akhirnya membawa mereka pada kesimpulan akhir cerita.

Menariknya, selain mengisahkan tragedi pembunuhan, Kanae juga mengungkap sisi gelap pola asuh di masyarakat Jepang yang jarang dibahas. Dia menunjukkan bagaimana lingkungan rumah dapat mempengaruhi karakter hingga ke persepsi anak. Kanae percaya bahwa pola asuh yang salah dapat berdampak negatif, terutama pada anak yang mengalami trauma. Hal ini terlihat jelas pada keempat tokoh yang menjadi saksi pembunuhan Emily saat mereka masih kelas 4 SD.

Kanae mengungkap bahwa pola asuh di Jepang, yang mengharuskan anak menjaga keharmonisan keluarga dengan mengesampingkan perasaan mereka. Anak-anak diajarkan untuk mengendalikan diri dan emosi mereka agar tidak mengganggu ketenangan keluarga.

Contohnya, tokoh Sae tidak berhasil mengatasi traumanya karena tidak ada penanganan yang serius setelah kejadian itu. Ibunya memilih diam dan tidak membahas trauma yang dialami Sae, sehingga Sae tidak mendapatkan penanganan yang optimal. Akibatnya, Sae mengalami masalah perkembangan fisik, seperti tubuh yang tidak bertambah tinggi dan tidak menstruasi sampai menikah.

Alice Miller, seorang psikolog, psikoanalis, dan filsuf Yahudi berkata :

Kita tidak tahu, bagaimana dunia suatu saat nanti jika anak-anak dibesarkan dengan baik, jika orang tua mau memperlakukan anaknya dengan serius dan rasa hormat sebagai manusia.

Seperti Miller, Kanae yakin bahwa kejadian yang menimpa Sae tidak akan terjadi jika ibunya bisa menanggapi traumanya dengan serius.

Berbeda dengan Sae, Maki sebagai anak tertua dididik dengan disiplin dan tanggung jawab. Namun, saat menghadapi tragedi, Maki justru menunjukkan sikap yang berlawanan.

Maki ketakutan dan lari pulang saat tragedi terjadi, tetapi dia dimarahi dan dipukul oleh ibunya karena dianggap memalukan. Kanae ingin mengubah pola ini dengan menampilkan contoh kasus yang dihadapi Maki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline