Lihat ke Halaman Asli

Puspo Lolailik Suprapto

Esais/Bookstagrammer

Kiat-kiat Menjadi Diktator : Dari Melanggengkan Masa Kekuasaan hingga Sistem Berbagi ke Orang Terdekat

Diperbarui: 16 Juli 2024   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Depan Buku Kiat Menjadi Diktator | Sumber: Marjin Kiri

Banyak penerbit di Indonesia mengandalkan buku pengembangan diri sebagai pilar utama untuk penjualannya. Mulai dari, buku panduan asmara, buku mengatur keuangan, hingga buku tentang cara beternak belut. 

Namun, bagaimana kalau ada buku pengembangan diri untuk menjadi diktator? Adakah tips dan trik khusus? 

Melanggengkan Masa Kekuasaan

Di bab pertama, Mikal, penulis dari buku ini, mengaitkan topik utamanya dengan Indonesia, terutama ketika dia membahas tentang Keuntungan Menjadi Diktator. Salah satu manfaat yang menarik perhatian saya adalah lamanya masa kekuasaan presiden. 

Tentunya, hal ini membuat saya ingat pada seorang jenderal yang tersenyum, di mana fotonya selalu terpajang di kelas-kelas sekolah selama lebih dari 30 tahun.

Komunisme Menjadi Alat Dukungan

Di bab berikutnya yang berjudul Cara Menjadi Diktator, Mikal menghubungkannya dengan sejarah Indonesia. Dia mencatat bahwa komunisme pernah menjadi alat untuk mendapatkan dukungan yang tak terbatas dari Amerika Serikat (AS) untuk menjadi diktator, contohnya di Kongo dan Cile.

Sedangkan di negara Indonesia, ada Soeharto yang juga menggunakan strategi yang sama untuk melanggengkan masa diktatornya selama 47 tahun sebelum kiat-kiat ini diungkap oleh seorang jurnalis asal Norwegia. Kondisi tersebut tidak hanya menghilangkan pemimpin komunis dan Presiden Soekarno, tetapi juga ribuan hingga jutaan rakyat. 

Di sinilah, Mikal menyadari bahwa setiap zaman memiliki cara dan pemimpinnya masing-masing. Mikal juga mengatakan bahwa meskipun negara masih menjalankan sistem demokrasi, maka semua masalah diatasi melalui Pemilihan Umum (Pemilu).

Manipulasi Pemungutan Suara di Pemilu 

Ketika rezim otoriter hendak dimulai di negara demokrasi, trik kotor ini kerap kali digunakan meskipun terasa tidak menyenangkan, seperti yang ditegaskan oleh Mikal :

Kalau kau melakukannya dengan benar dan mendapatkan hasil yang kau inginkan tanpa banyak kehebohan, maka pemilu akan menambah legitimasimu. - hal 35.

Mikal juga mengungkap cara untuk melakukan kecurangan dalam pemilu, yaitu dengan Ballot Stuffing atau Penggelembungan Suara. Trik ini merupakan trik paling dasar dari manipulasi pemungutan suara. Bahkan dalam bentuk ekstrem sekalipun Ballot Stuffing juga bisa melanggar hukum matematika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline