Pendahuluan
Psikoanalisis merupakan teori yang mengkaji sastra sebagai sebuah produk kejiwaan pengarangnya. Teori ini berkembang dari teori Sigmund Freud yang mengungkapkan bahwa semua manusia sebenarnya memiliki libido (energi seksual) yang mendorong manusia untuk melakukan apa saja baik yang konstruktif maupun yang destruktif.
Carl Gustav Jung adalah salah satu yang terkesan dengan ide-ide Freud. Namun, Jung kemudian membangun aliran sendiri dengan nama psikoanalitik. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa Jung adalah tokoh psikoanalisis. Padahal, psikoanalisis dan psikoanalitik mempunyai perbedaan yang sangat esensial.
Ahmadi (2015: 22) mengungkapkan bahwa dalam paradigma psikoanalisis yang dipelopori oleh Freud, manusia sebenarnya hidup didorong oleh energi libdinal atau seks. Karena itu, mulai dari bayi sampai menjelang tua manusia tidak lepas dari seks. Adapun psikoanalitik yang dipelopori oleh Jung, memandang manusia sebagai sosok yang mempunyai energi libido tapi diarahkan ke energi kreatif dan tidak hanya ke seks-isme saja. Perbedaan kedua, psikoanalisis Freud sangat pesimistis memandang manusia sebab hanya meninjau kausalitas dan seks. Sedangkan, psikoanalitik memandang manusia secara optimistis, teleologis, dan kausalitas.
Jung sebagai seorang psikolog banyak mengarahkan kajiannya pada sastra lisan dan mite-mite kuno yang memiliki ciri primordial. Jung menyebut ciri tersebut dengan istilah arketipal. Menurut Jung, arketipe ialah suatu bentuk pikiran atau ide universal yang menciptakan gambaran-gambaran atau visi kehidupan yang normal berkaitan dengan aspek tertentu atau situasi tertentu.
Konsep ketidaksadaran kolektif atau transpersonal merupakan salah satu diantara segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial. Ia merupakan sistem psike yang paling kuat dan paling berpengaruh. Jung menyebutnya dengan ketidaksadaran kolektif sebab semua orang mulai dari zaman purba sampai sekarang masih mempunyai arketipe yang sama dalam derajat yang berbeda (Ahmadi, 2015: 23).
Cerpen adalah salah satu karya sastra yang menceritakan kehidupan manusia. Termasuk kaitannya dengan pribadi manusia baik yang berhubungan dengan alam sadarnya, maupun dengan alam bawah sadarnya. Oleh karena itu, karya sastra yang berupa cerpen dapat dianalisis dengan pendekatan psikologi Carl Gustav Jung.
- Sinopsis Cerpen Kurma Kiai Karnawi Karya Agus Noor
Cerpen Kurma Kiai Karnawi menampilkan tokoh Kiai Karnawi sebagai pemimpin spiritual yang memiliki banyak keunggulan. Sebagai pemimpin religius Karnawi dapat menjadi tokoh panutan karena kepribadiannya yang sederhana, terbuka, suka menolong, dan rendah hati. Kekuatan spiritual tokoh Kiai Karnawi memungkinkan begitu banyak orang memohonkan pertolongannya saat menghadapi aneka masalah dalam kehidupan.
Keunggulan pribadi sebagai tokoh spiritual Karnawi dikukuhkan lagi karena ia memiliki sesuatu yang berkekuatan luar biasa. Ia memiliki buah kurma ajaib. Kurma itu didapatkan sang kiai dari pohon kurma yang ditanam sendiri oleh sang Nabi. Hanya Kiai Karnawi yang mendapatkan kurma seperti itu karena ia mengetahui persis pohon kurma yang ditanam sang nabi itu melalui ujian yang dilakukan nabi Khidir terhadapnya yang hadir dalam mimpi.
Kekuatan kurma itu memungkinkan Kiai Karnawi bisa menyelamatkan seorang yang sakit berat, nyaris mati karena menderita sakit yang diduga karena dianggap kena teluh (disantet), membantu seorang ibu yang tidak bisa melahirkan pada waktunya, mengeluarkan peluru yang bersarang di kepala seorang bocah ketika terjadi kerusuhan antara warga yang lahannya digusur oleh pengusaha asing. Selain itu, ada banyak kesaksian lain yang diceritakan tentang keunggulan Kiai Karnawi dengan buah kurma yang dimilikinya.
Umar Rais, seorang pengusaha mebel yang tergolong sukses, pernah menyampaikan kepada sopir pribadinya, Hanafi, perihal rencananya menjadi salah seorang calon walikota. Niat Umar Rais untuk ikut bertarung dalam pemilihan walikota, ditanggapi dingin oleh Hanafi.