- Pendahuluan
Kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari kegiatan membaca. Peserta didik dituntut untuk aktif membaca berbagai referensi yang terkait dengan materi pembelajaran sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh informasi dari guru saja tetapi mereka bisa belajar secara mandiri. Dalam kegiatan membaca, siswa akan memperoleh berbagai informasi yang terkait dengan materi yang akan diajarkan di kelas. Ilmu tentang membaca menjadi sangat penting untuk dikuasi oleh peserta didik.
Kesuksesan membaca ditentukan oleh seberapa banyak ide yang bisa diserap peserta didik dari semua yang penulis berusaha sampaikan (Adler dan Doren, 2007: 7). Ukuran seberapa banyak ide yang bisa diserap oleh peserta didik melalui kegiatan membaca memang tidak pasti. Namun, bisa ditunjukkan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa yang memiliki ilmu membaca yang baik akan lebih mudah memahami materi pembelajaran.
Pembelajaran membaca sangat ditentukan oleh minat baca peserta didik. Agar membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik, maka diperlukan kerjasama antara orang tua dan guru. Tugas orang tua dan guru antara lain memberikan motivasi, menciptakan suasana yang menyenangkan untuk membaca, dan mengusahakan ketersediaan buku-buku bacaan (Wiryodijoyo, 1989: 194).
Motivasi yang tinggi akan membuat peserta didik menyukai kegiatan membaca. Pemberian motivasi bisa dilakukan melalui kebiasaan menceritakan pengalaman kepada peserta didik dan menunjukkan kepada mereka bahan-bahan bacaan yang berguna. Mengatur ruang belajar sehingga menjadi ruangan yang menyenangkan untuk melakukan aktivitas belajar maupun membaca. Selain itu, membiasakan peserta didik untuk mengunjungi perpustakaan dan membaca buku-buku juga merupakan hal yang penting untuk membentuk minat baca mereka.
Landasan epistemologis akan menjawab pertanyaan bagaimana guru mengajarkan pembelajaran membaca analitis yang selaras dengan prinsip kebenaran ilmiah dan upaya-upaya penemuan kebenaran yang berlandaskan metode ilmiah. Masalah epistemologis pembelajaran membaca analitis akan mempertanyakan apa yang telah diberikan kepada peserta didik dan mengapa diberikan pembelajaran membaca analitis? Demikian pula landasan epistemologis mendasari nilai-nilai kebenaran mana yang menjadi acuan dalam pembelajaran membaca analitis (Suyitno, 2009: 20).
- Pengertian Epistemologi
- Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme dapat diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yag dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of knowledge (Surajiyo, 2010: 24).
- Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Jadi objek material epistemologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Oleh karena itu, sistematika penulisan epistemologi adalah arti pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal usul pengetahuan (Surajiyo, 2010: 26).
Pertanyaan tentang pengetahuan yang bagaimana yang perlu diberikan kepada peserta didik? Jawabannya bukan pengetahuan yang abstrak, melainkan yang berkaitan dengan pengalaman (Bernadib, 2002: 16). Pembelajaran membaca analitis juga menekankan pada pengalaman membaca peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik memiliki kemampuan menganalisis dan menilai suatu bahan bacaan. Dalam hal ini, ilmu membaca peserta didik bersifat empiris karena diperoleh melalui pengalaman yang dapat ditangkap dengan panca indra.
Suriasumantri (2007: 105) menjelaskan bahwa epistemologi atau teori pengetahuan adalah suatu cabang filsafat yang membahas secara mendalam tentang segenap proses yang terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Ilmu membaca analitis pada peserta didik akan melalui langkah-langkah yang sistematis.
- Arti Membaca Analitis
Adler dan Doren (2007: 21) mengemukakan bahwa membaca analitis merupakan level membaca yang lebih kompleks dan sistematis dari level sebelumnya (membaca dasar dan membaca inspeksional). Membaca analitis berarti membaca menyeluruh, membaca lengkap, atau membaca dengan baik.
Jika membaca inspeksional adalah kegiatan membaca terbaik dan terlengkap dalam waktu yang terbatas, membaca analitis adalah kegiatan membaca terbaik dan terlengkap tanpa batas waktu. Albert via Tarigan (2015: 92) juga mengungkapkan bahwa membaca analitis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta kritis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Pembelajaran membaca analitis memungkinkan peserta didik untuk mendalami bahan bacaan sehingga informasi yang diperoleh dari hasil membaca akan semakin banyak. Peserta didik dapat memahami secara mendalam suatu bacaan karena tidak ada batasan waktu dalam kegiatan membaca. Jadi, peserta didik bisa melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh terhadap bahan bacaan.