Lihat ke Halaman Asli

Diamku

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala pilu menjadi ngilu
Dan kau datang tuk torehkan sembilu
Ku terdiam tiada terucap kata
Itulah yang kurasakan pedihnya luka
Hanyalah pucat yang pasi menghiasi duka
Dentang kebimbangan terus menyelimuti hati
Haruskah ku teriakkan segenap rasa ini
Ataukah ku pergi tinggalkan setiap asa
Mengapa hanya embun yang tetap setia mengobral kesejukan
Dimanakah cahayamu yang bisa lelehkan bola-bola dingin
Ku tiada sanggup lagi kidungkan nyanyian syahdu
Walau lembaran semilir segarkan kalbu
Ku terpaku dalam diamku
Termangu menatap semua gelisah menyebar di netraku
Dan ku hanya lirih menyebut namamu
Leonberg, 22.09.2014
By Ita Friedrich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline