Pendidikan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan tersebut perlu di dorong dalam pengembangaan potensi setiap individu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan di era mendatang. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan bagi guru, peran seorang guru dalam proses pembelajaran selama ini masih mendominasi, sehingga belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Era digital memberikan peran yang sangat penting karena guru dituntun untuk melek teknologi, untuk mendukung arus globalisasi. Teknologi digital merupakan sebuah proses revolusi yang mau tidak mau harus dilakukan, untuk mendukung tujuan pendidikan di Indonesia. Proses pendidikan di era ini menuntut guru mampu mengintegrasikan teknologi informasi dan Komunikasi pada mata pelajaran yang diampu. Tentunya, hal ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas. Jika guru mampu menggabungkan teknologi dengan konten yang menarik dan berkualitas dalam pembelajaran, maka berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran seni tari merupakan bagian dari cabang seni budaya yang dalam proses pembelajarannya lebih banyak pada praktek (hardskill) dibandingkan teori (softskill). Menurut Wagner (2008) yang termasuk soft skills salah satunya berupa kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Menurut Zubaidah (2010) Beberapa hasil penelitian pendidikan menunjukkan bahwa berpikir kritis mampu menyiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk menyiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyatanya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran berfikir kritis akan mempengaruhi kehidupan siswa meskipun sudah meninggalkan pendidikan formal.
Pemecahan masalah dalam proses pembelajaran perlu dilakukan upaya strategis diantaranya pemilihan model pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, sehingga didapati hasil yang maksimal. Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran seni tari adalah pembelajaran berbasis masalah. Model Pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang ditemui dilingkungan sekitar sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep baru melalui kemampuan berpikir kritis. Dalam model ini, peserta didik dituntut aktif dalam pemecahan masalah dengan mengkondisikan aktivitas belajar yang dalam meningkatkan keterampilan berpikir.
Selain model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) strategi lain dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi melalui media pembelajaran inovatif. Guru secara kreatif menyiapkan media pembelajaran inovatif dalam proses penyampaian materi, sehingga motivasi belajar peserta didik akan meningkat. Keberadaan teknologi di era digital ini, dapat menggantikan atau membantu peran guru terutama pada aspek pengajaran yang bertumpu pada transfer of knowledge, namun tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pendidik, yang bertugas membentuk karakter, kepribadian, dan sikap melalui penanaman nilai-nilai profil pelajar pancasila, yang menjunjung keteladanan dalam meningkatkan karakter yang baik pada peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H