Lihat ke Halaman Asli

Puspa Oktaningrum

Puspa Oktaningrum

Konsep Frasa Crazy Rich dan Orang Kaya

Diperbarui: 26 Maret 2022   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Akhir-akhir ini media sosial sedang diriuhkan dengan kasus penangkapan crazy rich Medan---Indra Kenz---dan crazy rich Bandung---Doni Salmanan. Bahkan, tidak hanya aktor utama yang diperbincangkan, tetapi juga orang-orang di sampingnya. Asumsi telah meluas hingga kekasih dan istri aktor utama.

Indra Kenz dan Doni Salmanan dikenal sebagai crazy rich. Mereka lebih dikenal lagi ketika turut serta dalam acara ulang tahun Indosiar pada 11 Januari 2022. Indra dan Doni ditengarai melakukan hal yang "luar biasa", seperti membeli kaus seharga 300 juta atau menyawer gamer dengan 1 miliar rupiah.

Apabila ditelisik dari konsep frasa crazy rich yang disematkan pada julukan Indra Kenz dan Doni Salmanan, hal-hal yang "luar biasa" yang dilakukan kedua orang tersebut bukanlah hal yang mengejutkan.

Susunan frasa crazy rich dapat dipadankan dengan frasa kaya gila atau gila kaya dalam bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata kaya berarti mempunyai banyak harta, sedangkan kata gila berarti gangguan jiwa atau tidak sebagaimana mestinya. Dengan demikian, frasa kaya gila dapat dimaknai dengan mempunyai banyak harta sehingga melakukan hal yang bukan semestinya atau frasa gila kaya dapat dimaknai orang dengan gangguan jiwa karena memiliki harta banyak.

Sementara itu, susunan frasa orang kaya dapat diartikan sebagai manusia yang memiliki banyak harta sesuai dengan arti tiap katanya, yaitu orang yang bermakna manusia dan kaya yang bermakna mempunyai banyak harta. Secara etimologis dan leksikologis, frasa orang kaya lebih dapat diterima maknanya dibandingkan dengan frasa gila kaya atau kaya gila.

Entah kebetulan atau tidak istilah crazy rich biasanya menyasar kepada manusia-manusia yang mempertontonkan hal-hal yang "luar biasa", misalnya, pamer harta, pamer kebaikan, pamer kesenangan. Sementara itu, frasa orang kaya biasanya menyasar kepada manusia-manusia yang banyak harta, tetapi tidak melakukan sesuatu hal yang tidak semestinya.

Adapun, istilah orang kaya menyasar kepada orang-orang yang notabenenya orang yang asetnya melimpah, tetapi sederhana dalam penampilan ataupun perilaku. Orang kaya yang sebenarnya, biasanya, akan malu untuk membicarakan masalah kekayaannya. Hal tersebut disebabkan mental "orang kaya" dapat dianalogikan dengan ilmu padi, yaitu semakin berisi semakin merunduk. Pada dasarnya orang kaya lebih akan disibukkan dengan aktivitas yang bermanfaat daripada hal sepele, seperti mempertontonkan kekayaan. Aktivitas orang kaya lebih mengarah pada hal-hal yang bermanfaat, misalnya, membaca buku, berolahraga, dan kegiatan yang mampu meningkatkan serta mengembangkan keterampilannya.

Pada dasarnya mental orang kaya tidak akan mengarah pada kebutuhan atas pengakuan orang lain perihal kekayaannya. Orang kaya akan bermental "kaya hati", yaitu orang yang akan memperhitungkan dan mempertimbangkan keadaan orang-orang di sekitar atau di lingkungannya. Orang kaya akan peduli dengan kesedihan dan kesengsaraan yang terjadi di lingkungan sekitarnya sehingga mereka tidak akan serta-merta tanpa pikir panjang mempertontonkan kekayaannya layaknya bersenang diri di atas penderitaan orang miskin.

Akan tetapi, terlepas dari apa dan siapa yang diperdebatkan, satu hal yang pasti bahwa manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Manusia tetaplah manusia yang tidak akan terlepas dari dosa. Itulah hakikat dasar manusia. Namun, satu juga yang pasti bahwa Allah azza wa jalla adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha Pemaaf. Allah subhanahu wa ta'ala akan selalu memaafkan setiap hamba-Nya. Allah akan selalu membukakan pintu maaf ketika malam hari untuk dosa di siang hari, pun Allah membuka pintu maaf di siang hari untuk dosa di malam hari. Dengan demikian, selayaknya kita sebagai manusia dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk selalu memperbaiki diri siang dan malam setiap harinya sehingga pada akhirnya kita menjadi manusia yang diridhoi-Nya, aamiin.

Selayaknya sebagai tempatnya salah dan khilaf, kita manusia tidak berhak untuk menghakimi manusia lainnya. Kita boleh menasihati, tetapi tidak untuk menghakimi. Biarlah Allah saja yang menentukan manusia itu baik ataupun buruk. Marilah saling menasihati dalam kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline