Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Implementasi TI dalam Verifikasi Jamkesda

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

135297929514008320

[caption id="attachment_216521" align="alignleft" width="300" caption="Eka Raharja dan Hadi Pramudi Dalam Pelatihan Verifikasi Jamkesda Bersama KPMAK FK UGM"][/caption] "Lebih baik datanya yang bolak-balik ke kantor Jamkesda daripada keluarga pasiennya", ujar Hadi Pramudi, Project Manager e-Health PT.Telkom Indonesia. Bersama dengan Eka Rahardja, Business Account Manager Telkom Divisi Yogyakarta memperkenalkan platform sistem informasi bagi pelayanan Jaminan Kesehatan. Keduanya menjadi narasumber mengenai sistem Jamkesta Coordination Of  Benefit (CoB) yang telah menjadi pilot project sejak Juni 2012. Sesi lanjutan dari rangkaian Pelatihan Verifikasi Jaminan Kesehatan Daerah oleh KPMAK FK UGM dan Dinkes Kab. Paser Utara Kaltim membahas seputar permasalahan implementasi teknologi informasi dalam verifikasi Jamkesda. Seperti yang dihadapi oleh Dinkes maupun rumah sakit di Kab. Paser Utara. Tersandung masalah geografis, yang mana Kabupaten Paser Utara terletak di pulau yang bersebrangan dari Balikpapan. Waktu dan transportasi menjadi kendala bagi proses jalur informasi verifikasi Jamkesda bagi pasien, verifikator di rumah sakit maupun dinkes Paser Utara. Hingga sekarang, proses verifikasi masih dilakukan secara manual. Tidak hanya dinilai kurang efektif, saat ini sistem manual tersebut juga menurunkan pelayanan kepada pasien. Kegagalan Rumah Sakit Data riset proyek e-Health Telkom menunjukkan bahwa 76% rumah sakit  di Indonesia mengalami kegagalan dalam implementasi sistem  teknologi informasi rumah sakitnya. Kegagalan ini berasal dari tidak adanya master plan dalam pembangunan dan pengembangan sistem teknologi informasi mereka. "Ibaratkan membangun rumah, kan harus ada fondasi yang bagus. Bagaimana kita bisa tau bagaimana rumahnya akan dibangun kalau tidak ada cetak birutnya?", kata Hadi Pramudi. Tidak adanya master plan tersebut menyebabkan platform informasi yang parsial. Kemudian, kurangnya komitmen dari jajaran manajemen rumah sakit untuk membangun dan memelihara sistem teknologi informasi yang juga berkontribusi dalam kegagalan tersebut. "Kan sia-sia juga kalo sudah dibangun sistem informasi yang bagus dan mahal, tapi kalo SDM nya tidak mau mengelola kan sia-sia juga. Jadi penting sekali kesiapan dari rumah sakit itu sendiri. Kesiapan dari kebijakan, SDM dan infrastrukturnya," ujar Eka Rahardja. Terakhir yang menjadi tantangan implementasi TI adalah sistem kontrol dalam operasionalisasi sistem teknologi informasi itu sendiri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline