Timur Angin/Maros Beberapa tahun yang lalu saya cukup beruntung bisa berada dalam satu perjalanan ekspedisi fotografi bersama salah satu fotografer idola saya om Timur Angin. Ekspedisi yang diberi nama Toraja Rock Art 2009 kerja sama antara National Geographic Indonesia dan Sony Indonesia itu berlangsung selama kurang lebih lima hari dengan tujuan utama Tana Toraja via Makassar. Timur Angin saat itu membawa kamera sendiri dan hanya berbekal satu lensa 50mm saja. Dirinya sempat berbicara kepada saya memang akan mendokumentasikan perjalanan kali ini dengan konsep satu lensa. Padahal dalam ekspedisi kali ini saya membawa banyak sekali lensa dengan range yang banyak dan beragam. Tapi justru itu yang membedakannya dari peserta yang lain, fotonya memiliki gaya yang berbeda. Foto pembuka di atas di foto oleh Timur di daerah Maros. Tujuan utama waktu itu ingin berkunjung ke sebuah goa yang masih terdapat tulisan/cap tangan di dinding goa. Dalam perjalanan menuju kesana, ada aktivitas dari warga lokal yang melintas di perjalanan. Dalam sebuah lapangan yang luas dibawah terik matahari rombongan meminta untuk mengabadikan momen tersebut. Timur memotret seorang ibu yang membawa kayu bakar. Kalau diperhatikan, angle pengambilan yg simetris dengan fokus ditengah inilah yang menjadi gaya tersendiri darinya dan nanti bisa juga dilihat dari foto yang lainnya. Untuk lebih memudahkan secara visual “gaya” fotografi Timur, coba kita simak beberapa karya lainnya. Timur Angin Timur Angin Timur Angin Timur Angin Timur Angin Bagaimana? Sudah melihat pendekatannya? Karakter tersebut menurut saya akan menjadi gaya yang melekat dalam diri seorang fotografer. “Gaya” ini menjadi penting karena akan membuat foto kita lebih berkarakter, memiliki jiwa dan imaji yang kuat. Minimal pendekatan ini memiliki kepuasan pribadi buat sang fotografernya sendiri, kalau bisa disampaikan ke pembaca dan sama pesannya tentu akan lebih baik lagi. Nah bila kita telah memiliki “gaya” tersebut makan akan lebih mudah untuk membuat variasi komposisi foto dengan pendekatan lainnya. Bisa dengan sudut, perbandingan atau yang lain sesuka kita. Namun dengan variasi yang ada tetap “gaya” tersebut akan membuat foto kita memiliki pesan yang kuat meskipun dalam aktivitas atau momen yang sederhana sekalipun. Rambu Solo/Timur Angin Timur Angin Dengan lensa 50mm tentu akan sangat sulit untuk mencari dan mengkomposisikan gambar dengan cepat dan baik seperti semua foto karya Timur di atas. Nah justru dengan tantangan itulah menjadi penting apabila kita telah memiliki “gaya” agar lebih mudah dan cepat mengkonsep foto ketika berhadapan dengan momen apapun. Sebagai penutup, saya sangat suka sekali dengan foto om Timur yang satu ini.
Itulah sedikit catatan saya terkait “gaya” fotografi seorang Timur Angin. Apakah Anda melihat hal yang sama? Ditunggu komentar dan pendapatnya yah
Salam Purwo Subagiyo @purwoshop NB: Timur Angin dikenal sebagai fotografer komersial untuk iklan dan film. Beberapa film besar telah didokumentasikannya antara lain Ungu violet, GIE, Laskar Pelangi, hingga sang pemimpi. Saat ini dia sedang menggarap sebuah project situs stok foto yang lebih “Indonesia” banget
. Selain itu disela-sela kesibukan komersialnya Timur memilih menikmati foto perjalanan dan lebih nyaman memotret manusia ketimbang benda. Karya fotonya terkait film akan tayang segera yaitu “Jalanan” sebuah dokumentasi kehidupan musisi di jalanan ibu kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H