Lihat ke Halaman Asli

Bay Purwoko

Penyambung Generasi

Saatnya Indonesia Punya PLTN

Diperbarui: 18 Februari 2018   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: berita satu

Dewasa ini kebutuhan energy meningkat karena banyak  sekali alat-alat yang menunjang kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan energy, baik itu energy listrik, panas, dsb, hal ini terjadi di seluruh dunia, sehingga saat ini negara-negara di dunia sudah mulai memanfaatkan energy terbaru dan terbarukan, yang merupakan hasil dari proses alam yang berkelanjutan yaitu tenaga surya, air, proses biologi, dan nuklir. 

Di Indonesia sendiri pemerintah sudah mengembangan energy terbarukan tersebut, namun secara umum hasil yang didapat kan belum mampu mengalihkan dominasi batubara sebagai energy pembangkit listrik. Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang akan habis pada suatu saat nanti, saatnya kita mulai sadar bahwa dibutuhkan energy terbaru dan terbarukan yang efisien, dan nuklir adalah jawabannya.

            Di dunia terdapat 447 reaktor nuklir sipil yang digunakan sebagai pemasok energy dan 61 reaktor dalam tahap pembangunan, sementara saat ini Indonesia hanya memiliki reactor yang digunakan sebagai penelitian dengan kapasitas 10MW memang bukan langkah awal yang buruk namun sangat disayangkan apabila masyarakat banyak mengkampanyekan anti PLTN(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dan pememrintah juga belum cukup berani untuk mengaplikasikan PLTN di Indonesia pada tahun 2017 Indonesia menolak tawaran pembangunan PLTN dari Rusia. Sementara Indonesia memiliki potensi uranium yang cukup tinggi yaitu 53.000 ton potensial di wilayah Bangka, Kalimantan, serta di Papua Barat hal ini akan menjadi asset berharga bagi Indonesia yang harus segera dimanfaatkan dan jangan sampai diekspor kenegara lain.

            Kekhawatiran akan ancaman dari bahaya pengembangan reactor nuklir menjadi alasan Indonesia saat ini masih berpikir berkali-kali untuk membangun PLTN, adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus yang tentunya ini menjadi bahan utama pertimbangan bagi peniliti untuk melakukan studi mengenai lokasi yang cocok, dan studi ini sedang berlangsung oleh BATAN(Badan Tenaga Atom Nasional)  berkerja sama dengan Japan Atomic Energy Agency (JAEA) yang merekomendasikan beberapa tempat seperti di Gunung Muria, Bangka, Kalimantan dan Madura dan hingga saat ini studi tersebut masih berlangsung.

Di sisi lain perkembangan model reactor nuklir juga mengalami perkembangan sejak digunakan pertama kali pada tahun 1950 dan hingga saat ini terus dikembangkan dengan meningkatkan aspek keamanan dan efisiensi energy yang dihasilkan, secara sederhana nuklir menggunakan reaksi fusi dan fisi dari bahan radioaktif yaitu uranium yang dapat mencapai panas yang tinggi serta berlangsung cepat dan hanya membutuhkan material yang sedikit. Saat ini reactor nuklir telah sampai pada generasi ke 4 yang menggunakan gas, liquid metal, atau garam molten sebagai pendingin yang akan menurunkan suhu reactor dengan cepat sehingga efisiensi dan keamanan meningkat.

            Saat ini kita sebagai masyarakatlah yang menentukan pilihan kita seharusnya sadar bahwa Tuhan telah meniptakan alam dan segala isinya digunakan untuk kesejahteraan mahkluknya, kita harus berpikir jangka panjang, berbagai penilitian telah dilakukan namun dirasa hasilnya masih jalan ditempat, bagi para Sarjana muda terus lah berusaha menjadi SDM yang berkualitas untuk dapat mengatasi masalah energy di Indonesia dan mensejahterakan Indonesia pada umumnya, pemerintah harus berani menentukan langkah nyata dan kampanye penggunaan nuklir harus segera dicanangkan, jangan sampai kita terhasut oleh NGO (Non Gov Org) yang mungkin dapat menghasut kita untuk menghambat pembangunan negara ini. Sekali lagi kita harus berpikir kedepan dan pemerintah harus mempersiapkan segalanya guna pembangunan PLTN yang berhasil.

Referensi : world-nuclear.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline