Lihat ke Halaman Asli

Minimnya Pemahaman Tentang EQM (Emotional Quality Management)

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Malam ini sepulang dari kantor saya iseng-iseng menonton TV sambil merefreshkan pikiran dan merilekskan badan saya. Dan sperti biasanya Trans 7 merupakan siaran favorit saya dijam-jam pulang kantor. Dan malam ini saya menyaksikan siaran ON THE SPOT dengan tema pembahasan video "7 Aksi penyelamatan bunuh diri".

Didalam video ini diperlihatkan bahwa berbagai alasan orang bunuh diri, antara lain karena stress masalah ekonomi, diputus pacar, study dll. Namun jika dari masing-masing alasan tersebut ditarik satu kesimpulan bahwa orang tersebut melakukan percobaan bunuh diri karena tidak dapat memanajemen emosi dengan baik.

Kita mengetahui bahwa stiap manusia mempunyai emosi bahkan terkadang kita menamakannya dengan emosi baik ataupun emosi buruk, bahkan terkadang emosi sering kali dimaknai sebagai kata negatif. Namun yang perlu saya bagikan bahwa stiap manusia itu diciptakan dengan emosi, dan emosi tersebut tidak ada yang emosi buruk yang ada kita harus memanajemen emosi tersebut agar menjadi emosi yang baik sehingga dapat membantu kita didalam menjalani aktivitas dan dapat mengangkat hidup kita.

Agar teman-teman tidak bingung berikut ini saya berikan contoh bagaimana memanajemen emosi sehingga dapat menjadi emosi yang baik.

Suatu hari Dani akan ujian Tugas Akhir (skripsi), saat itu perasaan Dani bercampur-aduk karena hari itu merupakan hari terakhir dimana Dani akan mengakhiri kuliahnya yang sudah berjalan lebih dari 4tahun, dengan harapan dapat menghasilkan nilai terbaik / "A". Namun disamping Dani mempunyai tekad yang besar, Dani menyadari bahwa yang akan dia hadapi adalah penguji-punguji yang sudah ahli dalam bidangnya, bahkan dalam setahun bisa nguji sampai dengan 100 mahasiswa, ditambah lagi salah satu penguji merupakan dosen yang tidak senang dengan Dani dan terkenal galak. Hal tersebut membuat Dani menjadi tambah "galau", namun karena Dani telah mengetahui tentang EQM, maka Dani berusaha untuk tenang dengan mengingat proses yang sudah dilaluinya selama buat skripsi dan berfokus kembali kepada tujuannya. Sehingga pada akhirnya Dani memberanikan diri untuk melangkah masuk kedalam ruang sidang dan menghadapi stiap pengujinya dan akhirnya mendapat nilai "A".


Dengan merubah emosi tersebut menjadi emosi yang baik (positif) maka Dani dapat melangkah dan melewati permasalahan ataupun tantangan dalam hidupnya dengan energi yang positif. Dan jikalau teman-teman tahu bahwa pada saat kita berhasil mengubah emosi kita menjadi emosi baik, maka otak kita memancarkan sebuah frekuensi yang bahkan dapat merubah molekul air menjadi baik, begitu pula sebaiknya jika emosi kita tidak dimanajemen dengan baik maka frekuensi yang keluar dari otak kita dapat merusak molekul air yang berada di sekitar kita (menurut penelitian Dr. Masaru Emoto).

Dan hari ini yang saya pelajari tentang emosi adalah "Bukan emosi yang mengendalikan saya, tetapi saya lah yang mengendalikan emosi". ^^

Untuk teman-teman yang belum pernah mendangar atau mempelajari tentang EQM, saya mengajak teman-teman untuk dapat mempelajarinya mungkin dengan googling di internet atau lebih baik lagi jika teman-teman bisa membeli bukunya. Karena ilmu ini sangat kita butuhkan baik di bangku SMA, kuliah telebih lagi di dunia kerja. Salah satu motivator dan penulis buku tentang EQM yang saya kenal adalah bapak Anthony Dio Martin, selain menjadi motivator dan penulis yang luar biasa, beliau juga mempunyai pengalaman hidup yang luar biasa.

*Semenjak 14 juni 2011 yang merupakan tanggal terakhir saya menulis di kompasiana (karena alasan sok sibuk), akhirnya pada hari ini saya dapat menulis lagi di kompasiana, karena tadi teman kantor saya mengatakan bahwa "saya membaca tulisanmu di kompasiana dan isinya informatif namun kata-katanya perlu diperbaiki". Kata-kata tersebut membuat saya bersemangat untuk belajar berbagi dan menulis lagi, karena berbagi itu asik.
So, terimakasih untuk teman saya valen dan satu lagi bahwa komentar-komentar yang positif, dapat membuat penulis semakin cinta dengan hasil tulisannya, jadi marilah kita memberikan komentar yang positif. Salam kompasiana!! ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline