Lihat ke Halaman Asli

Purwanto

Belajar menulis

Tuhan, Mengapa Kami Berbeda

Diperbarui: 4 Agustus 2022   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap anak pastilah ingin terlahir sempurna. Sempurna dalam arti tidak mengalami hambatan apapun dalam menggunakan panca Indera yang dikaruniakan Ilahi kepadanya. realitasnya, tidak sedikit  anak - anak yang  terlahir dalam kondisi yang tidak sempurna. ada yang terlahir dalam keadaan buta atau tunanetra, ada yang terlahir dalam kedaan tidak mampu mendengarkan suara apa -  apa  atau tuli, ada yang  bibirnya tidak mampu mengucapkan kata - kata atau bisu, ada yang   terlahir berkaki kecil sehingga tak mampu berjalan, ada yang terlahir dalam keadaan mengalami kelainan perilaku atau autis, ada pula yang dikaruniai Tuhan kecerdasan jauh dibawah rata - rata atau tunagrahita.  

Sebuah puisi sederhana karangan murid kelas 11, SLB AC Dharma Wanita Kabupaten Sidoarjo yang bernama Tifa,  sepertinya mampu mewakili mengutarakan jeritan hati para penyandang disabilitas kepada siapapun yang mendengarnya, termasuk anda. Puisi itu dibacanya di acara Peringatan hari Anak nasional, hari Kamis, 27 Juli 2022 pukul 16.20 di Lippo Plaza Sidoarjo. Semoga Puisi ini mampu menggetarkan hati kita agar lebih menyayangi para penyandang disabilitas disekitar kita.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline