Kemarin waktu liburan ada yang lucu, ketika lage duduk –duduk santai datanglah si aliya dan aurel (kalo di lihat dari silsilah keluarga, mereka berdua adalah cucu saya, walopun saya belum pernah punya anak ato bahkan belum juga merid, -mereka berdua anak dari keponakan saya-). Seketika si aliya -yang baru duduk di kelas 1 SD- mengajukan pertanyaan..
“ Mamo ( panggilan aliya kepada saya, mamo = mbah om), mamo aliya punya pertanyaan, Hewan apa, yang kakinya 3, giginya panjang –panjang, trus makannya daun ? ”
Seketika itu saya bingung, “nih anak kecil pertanyaannya aneh –aneh saja”, begitu gumam saya. Tetapi karena tidak mau malu sama anak kecil, sya sebutin dweh nam hewan sekebun binatang, dan aliya cuman bilang “salah , salah dan salah terus”.
Akhirnya nyerah juga saya menjawab pertanyaan cucu saya, langsung saja saya tanyain ke aliya, “ayo al, jawabannya apa?” begitu ungkap saya penasaran juga, apa sih jawabannya…….
“Setan berpura –pura jadi jerapah”
Itulah jawaban dari pertanyaan tadi,
hadewh….. saya cuman bisa ketawa dalam hati, sebenarnya mau ketawa ngakak sih, tapi karena ada anak kecil, ya jaim dikit –dikit lah.
Saya berfikirnya begini, ni anak masih kelas 1 SD, sudah punya bayangan tentang setan yang giginya panjang –panjang, setan juga bisa nyamar jadi jerapah. Dan tentu saja, sudah bisa mengolah kata penjadi pertanyaan yang bagus, itu poin yang tidak kalah penting
Ya melihat fenomena aliya, saya kok jadi berfikir, apa itu gambaran dari anak –anak kecil jaman sekarang yah..? Semakin kritis, semakin pintah dan semakin ajaib (saya suka istilah ini). Mereka semakin berfikir logis tapi kadang –kadang tidak masuk akal untuk orang dewasa.
Apa orang dewasanya yang tidak berfikir logis?
-curi-curi waktu @opise utk nulis-
poer (09-05-"11)