Lihat ke Halaman Asli

Sunset di Balik Berlin (Bagian 1)

Diperbarui: 27 Maret 2016   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Emi, nama Gadis yang ditinggal 'mati' kekasih hatinya. Menatap kosong kearah laut sambil memegang bunga. Mematung. Terkadang pula tersenyum teramat manis malah seolah ia masih berdua.

Sudah dua pekan ia terus menyendiri seperti itu. Duduk sendiri. Membiarkan panas sinar matahari sore menerpa wajahnya. 

Sebenarnya tak ada banyak orang tahu tentang hubungan cintanya. Terkecuali aku dan keluarga. Tak ketinggalan juga pasti diary biru. Mungkin saat ini pun buku itu terselip di tas miliknya. Selalu berdua. Ah, bertiga tentunya, denganku bukan.

"Mungkin Tuhan sengaja menghukumku, Lan" katanya ketika aku mencoba menghibur. Bercerita keindahan pulau Dewata, berselancar, melihat penyu besar dan akan mengajaknya liburan bersama. Meski aku harus berpikir mendapat dana darimana selain menabung lagi. 

Tetapi ia hanya tersenyum tipis. Diam mendengarkan. tak ada sederet tanya penasaran atau tingkah bahwa sejak dulu ia gadis yang cerewet, bawel, tidak bisa tenang. aah, aku ingin berteriak dimana sosok Emi sahabatku dulu.

 

Sedalam apakah rasa cintanya padahal ia tak pernah bertatap wajah dengan pria tersebut. Pria brengsek yang membuatnya begini. Menggilainya. 

"Kenapa?" Tanyaku tanpa harus melihat wajah sendunya. 

"Karena aku sering mematahkan hati pria lain. Menolak mereka dengan kasar. Menjauh sebab kejijikan tampang. Aku merasa marah pada mereka yang seolah tuli"

Aku mengernyitkan kening. 

"Aku menyukainya, Lan.. meski belum pernah bertemu dengannya tetapi entah kenapa aku yakin dia akan datang.. dan rencana itu terlaksana" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline