[caption id="attachment_405065" align="aligncenter" width="600" caption="Foto:Kompas.com"][/caption]
Singkong dipandang sebelah mata
Singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman asli Brazil dan Paraguay. Tanaman singkong mulai dibudidayakan di Indonesia pada sekitar tahun 1810 setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16. Meskipun sudah ratusan tahun ada di Indonesia, hingga kini singkong masih seringkali dipandang sebelah mata oleh banyak pihak bahkan oleh petaninya. Singkong diberi stigma sebagai tanaman kurang berkelas. Umumnya petani belum membudidayakan tanaman singkong secara serius, di mana singkong hanya ditanam sebagai tanaman tumpang sari atau kebun sela.
[caption id="attachment_357174" align="aligncenter" width="361" caption="dok. infobyl.blogspot.com dan pikiran-rakyat.com"]
[/caption]
Kandungan singkong
Meskipun hanya dianggap sebagai tanaman kelas “ndeso”, namun sebenarnya kandungan gizi singkong cukup baik. Kandungan utama singkong adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Singkong juga mengandung beberapa kelompok vitamin B-kompleks yang berharga seperti folat, thiamin, piridoksin (vitamin B-6), riboflavin, dan asam pantotenat. Dalam singkong juga terdapat beberapa mineral penting seperti seng, magnesium, tembaga, besi, mangan dan kalium. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengatur denyut jantung dan tekanan darah.
Menurut pakar tanaman obat, Profesor Hembing Wijayakusuma, efek farmakologis dari singkong adalah sebagai anti oksidan, anti kanker, anti tumor, dan menambah napsu makan.
Inovasi singkong sebagai sumber energi alternatif
Singkong dapat menjadi sumber bioethanol. Bioethanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, seperti singkong, dengan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Tepung singkong yang diolah melalui proses liquifikasi, sakarifikasi, fermentasi dan distilasi (penyulingan) akan menghasilkan cairan yang mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah antara 7-10%. Kemudian alkohol/ethanol tersebut diproses pemurnian dengan alat dehidrator. Hasil akhirnya berupa ethanol berkadar 99,6-99,8% sehingga dapat dikategorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE) yang sesuai standar Pertamina.
[caption id="attachment_357162" align="aligncenter" width="528" caption="dok.htysite.com"]
[/caption]
Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Di Indonesia inovasi ini telah dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pati Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lampung sejak tahun 1980. Sedangkan di luar negeri sejumlah negara pengimpor minyak mentah mulai sibuk mengembangkan bio energi dari singkong untuk mengurangi konsumsi minyak bumi yang persediaannya semakin sedikit.
Inovasi kuliner berbahan singkong
Selama ini singkong umumnya hanya diolah menjadi kripik, ketimus, opak, singkong goreng ataupun singkong rebus. Untuk meningkatkan nilai tambah singkong, beberapa warga Salatiga melakukan inovasi kuliner berbahan singkong. Setelah melakukan berbagai eksperimen, terciptalah produk kuliner inovatif berbahan singkong, seperti getuk, criping singkong presto, singkong keju, dsb. Sekarang inovasi tersebut telah dapat menaikkan kelas singkong dari makanan kelas “ndeso” menjadi oleh-oleh khas Salatiga yang cukup dikenal.
Getuk kethek
Getuk tradisional yang dikelola Mbah Suwarni ini dikemas dengan label “Getuk Satu Rasa”, namun lebih dikenal dengan nama getuk kethek (getuk monyet). Hal itu karena Mbah Suwarni kebetulan memelihara seekor kethek (monyet) yang dikandangkan di halaman depan rumahnya. Gethuk kethek yang rasanya gurih dan teksturnya lembut ini merupakan perpaduan yang pas dari singkong, kelapa parut, gula pasir dan garam. Getuk ini diproses tanpa menggunakan bahan pengawet, tanpa zat pewarna maupun zat kimia lainnya. Karena tanpa bahan pengawet getuk ini hanya tahan sekitar 6 jam.
[caption id="attachment_357163" align="aligncenter" width="457" caption="dok. getuksaturasa.blogspot.com, radenmaskuliner.blogspot.com, citizen6.liputan6.com"]
[/caption]
Criping singkong presto
Criping atau kripik singkong ini dimasak dengan 2 kali penggorengan dan finishing dimasak menggunakan kayu bakar. Criping ini ada berbagai rasa antara lain original, pedas, bawang dan keju.
[caption id="attachment_357164" align="aligncenter" width="478" caption="dok. ya-aya.com dan jualo.com"]
[/caption]
Singkong keju
Singkong keju yang memakai label Singkong Keju D-9 ini merupakan hasil kreasi dari Ibu Diah Kris. Singkong keju ini dijual masih setengah matang dan harus dimasak dahulu sebelum dapat disantap. Dalam kemasan disertakan petunjuk cara pengolahannya yaitu dengan cara dikukus, digoreng atau dioven. Singkong keju ini rasanya cukup lezat, ada rasa gurih, manis dan beraroma keju.
[caption id="attachment_357165" align="aligncenter" width="481" caption="dok. plus.google.com dan fedep.salatigakota.go.id"]
[/caption]
Inovasi meningkatkan pendapatan petani
Kuliner singkong yang mulai disukai masyarakat berpengaruh positif pada nasib petani singkong di Salatiga. Harga singkong naik, yang tadinya hanya Rp 2.000 menjadi Rp 4.000 per kilo. Untuk menjaga ketersediaan bahan baku agar kapasitas produksi tidak terganggu, para wirausahawan kuliner singkong mulai menyewa lahan tidur dan mempekerjakan banyak petani, sehingga menambah pendapatan petani. Ini merupakan salah satu contoh model ekonomi kreatif dan inovatif dengan cara mengolah sumberdaya yang nilainya rendah menjadi produk berkualitas yang bernilai ekonomi tinggi.
Salam go green!
***********
BACAAN:
http://id.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon
http://www.indobioethanol.com/
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/singkong-keju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H