Lihat ke Halaman Asli

Purwanti Asih Anna Levi

Seorang perempuan yang suka menulis :)

Paradigma Baru untuk Melestarikan Sungai

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426991130619740834

[caption id="attachment_356816" align="aligncenter" width="479" caption="dok.panoramio.com"][/caption]

Sungai dianggap sebagai tempat membuang kotoran

Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.

Namun selama ini masyarakat seringkali memperlakukan sungai tidak sebagaimana peruntukannya. Sungai dianggap sebagai tempat membuang segala macam kotoran yang tidak diinginkan, baik berupa sampah maupun air limbah dari rumah tangga dan industri.

Membegal dan mengkorupsi sungai

Secara alami sungai sudah memiliki alur sendiri sesuai jenis tanah dan arah angin di sepanjang daerah aliran sungai. Namun manusia seringkali tidak peduli, demi kepentingan praksis “membegal” alur sungai dengan cara meluruskan atau membelokkan alur sungai serta “mengkorupsi” sempadan sungai dengan membuat bangunan di atasnya tanpa mempertimbangkan dampak ekologisnya.

[caption id="attachment_356814" align="aligncenter" width="480" caption="dok. hdwalls.xyz, lizahanisaroya.blogspot.com, fiksi.kompasiana.com, dan kampustekniksipil.blogspot.com"]

14269908422021017511

[/caption]

Pelurusan atau pembelokan alur sungai dan pembangunan di atas sempadan sungai akan mengganggu arus air dan transportasi sedimen sungai. Hal ini menyebabkan abrasi, penciutan, sedimentasi, pendangkalan sungai yang akhirnya akan memperparah rob, intrusi air laut dan berpotensi menyebabkan banjir. Dampak ini telah dirasakan oleh masyarakat Kota Semarang akibat kasus pelurusan alur Kali Siangker serta pembelokan alur Kali Tawangmas dan Kali Tenggang.

Sungai yang tidak sehat merugikan masyarakat

Perilaku tidak menghargai sungai sebagai jalan air itu harus dibayar mahal oleh masyarakat. Sungai pada akhirnya mengalami proses degradasi secara perlahan sehingga menjadi tidak sehat. Sungai yang tidak sehat menurunkan kualitas lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat.

[caption id="attachment_356817" align="aligncenter" width="481" caption="dok. semarangbisnis.com, tempo.co, asosiasiswarawartawandemokrasi.blogspot.com, dan suarakarya.id"]

14269912171879047319

[/caption]

Sampah yang dibuang ke sungai selain tidak elok dipandang juga menyebabkan sedimentasi dan menghalangi aliran air sehingga berpotensi banjir di musim penghujan. Timbulan sampah yang membusuk di air mengeluarkan bau tidak sedap yang berasal dari gas yang dikeluarkan oleh mikroorganisme selama proses pembusukan. Genangan air sungai yang tidak bisa mengalir juga menjadi sarang nyamuk. Air limbah yang mengandung bahan kimia meyebabkan pencemaran air sungai sehingga ekosistem sungai juga menjadi rusak. Habitat flora dan fauna sungai rusak, hanya eceng gondok yang bisa tumbuh di air yang tercemar, namun keberadaannya justru memperparah kerusakan sungai.

Normalisasi sungai

Normalisasi sungai adalah suatu metode yang digunakan untuk menyediakan alur sungai dengan kapasitas mencukupi untuk menyalurkan air, terutama air yang berlebih saat curah hujan tinggi. Tujuan normalisasi sungai antara lain untuk keperluan navigasi, melindungi tebing sungai agar tidak erosi atau untuk memperluas profil sungai guna menampung banjir–banjir yang terjadi.

[caption id="attachment_356818" align="aligncenter" width="286" caption="dok.tribunnews.com"]

14269914481267147532

[/caption]

Sungai-sungai yang telah dinormalisasi tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar kondisinya terjaga. Setiap perubahan pada sungai tentunya tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi harus didahului dengan kajian matang agar keseimbangan alam tidak terganggu.

Perlunya paradigma baru untuk melestarikan sungai

Selain memiliki laut yang luas, Indonesia juga memiliki sungai yang banyak, saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). Sumberdaya yang luar biasa itu sayangnya belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara optimal. Perubahan paradigma tentang sungai diharapkan akan dapat mengoptimalkan sumberdaya sungai sehingga dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Sungai jangan lagi dipandang sebagai wadah untuk membuang segala macam kotoran tetapi sebagai sumberdaya yang memberi kehidupan bagi kita.

[caption id="attachment_356819" align="aligncenter" width="275" caption="dok.ayasuhastra.wordpress.com"]

14269918411312175177

[/caption]

Perubahan paradigma dalam hal penataan lingkungan akan berdampak positif pada pengelolaan sungai. Ubahlah arah hadap bangunan dengan menjadikan bantaran sungai sebagai beranda depan rumah. Secara psikologis masyarakat cenderung akan menjaga kebersihan halaman depan rumahnya, sehingga dengan sukarela mau menjaga kebersihan sungai dan menata bantaran sungai di depan rumahnya menjadi taman yang hijau dan asri.

Sungai yang sehat akan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

Jika masyarakat di negara lain seperti Belanda dapat mengelola sumberdaya sungai dengan baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, kita juga pasti bisa sepanjang ada kemauan dan sinergi antar stakeholders sungai yaitu pemerintah melalui kebijakan serta partisipasi swasta dan masyarakat. Sungai-sungai yang dikelola dengan baik juga akan menjadi sehat dan memberikan kebaikannya pada kita, antara lain:


  • Sungai sehat menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik di mana aliran air sungai lancar, tidak ada lagi bau busuk dari sampah dan nyamuk tidak lagi bersarang.
  • Ekosistem sungai yang sehat akan terlindungi sehingga sungai dapat menyediakan sumber protein berupa ikan, udang, kepiting dsb.
  • Sungai yang sehat menyediakan air yang cukup dan lebih mudah diolah sesuai baku mutu air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dapat menjangkau pelanggan yang lebih banyak dengan ongkos produksi yang lebih murah.
  • Jika kebutuhan air bersih telah tercukupi dari sungai yang sehat, pengambilan air tanah dapat dikurangi sehingga dapat mencegah intrusi air laut dan penurunan permukaan tanah.
  • Sumberdaya sungai kita tidaklah kalah indah dari kanal-kanal di Belanda jika ditata dengan baik, sehingga berpotensi dikelola sebagai destinasi wisata sungai.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline