Lihat ke Halaman Asli

Purwa Kurnia Sucahya

Peneliti dan Pengamat Kesehatan Masyarakat

Dampak Percepatan PCR, Ada Lonjakan Kasus, Siapkah?

Diperbarui: 9 April 2020   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dua hari ini diumumkan bahwa Kementrian BUMN telah mendatangkan alat PCR yang berasal dari Swiss yang mampu melakukan tes sebanyak 10 ribu per hari. Selain itu, lembaga Eikman juga telah mendapatkan suntikan dana sekitar Rp.14 milyar untuk meningkatkan kapasitas lab PCR-nya dari 180 per hari menjadi 360 per hari dan selanjutnya 1000 per hari. 

Belum lagi, beberapa daerah juga kabarnya telah membeli alat PCR sendiri agar deteksi dini dapat segera terlaksana di daerahnya masing-masing. Sebab, bila menunggu mekanisme seperti ini sangat lambat, dan mungkin akan terlambat bergerak. Dengan adanya informasi ini, maka akan ada percepatan jumlah tes PCR untuk penegakan diagnosis covid19. Dengan demikian, dalam waktu dekat akan ada lonjakan kasus covid19 yang drastis. 

Dalam dua hari ini diumumkan bahwa Kementrian BUMN telah mendatangkan alat PCR yang berasal dari Swiss yang mampu melakukan tes sebanyak 10 ribu per hari. Selain itu, lembaga Eikman juga telah mendapatkan suntikan dana sekitar Rp.14 milyar untuk meningkatkan kapasitas lab PCR-nya dari 180 per hari menjadi 360 per hari dan selanjutnya 1000 per hari. 

Belum lagi, beberapa daerah juga kabarnya telah membeli alat PCR sendiri agar deteksi dini dapat segera terlaksana di daerahnya masing-masing. Beberapa daerah terlihat sangat proaktif. Sebab, bila menunggu mekanisme deteksi dini yang dibangun Kemenkes akan terlambat. Padahal kecepatan virus menginfeksi masyarakat tidak bisa ditunggu. Dengan adanya informasi ini, maka akan ada percepatan jumlah tes PCR untuk penegakan diagnosis covid19. Dalam waktu dekat akan ada lonjakan temuas kasus covid19 yang drastis. Pertanyaan besarnya, siapkan kita mengantisipasinya?

Dalam 3 hari terakhir (mulai 6 April 2020), terlihat kapasitas pemeriksaan PCR telah diatas 1000 per hari, dan minimal tambahan temuan kasus baru covid19 sekitar 200 per hari. Dengan merujuk pada asumsi data ini, maka jika pemerintah mampu melakukan minimal 10ribu tes per hari, maka diprediksi jumlah tambahan kasus baru covid19 akan ada minimal 2000 kasus per hari. 

Bisa dibayangkan, akan terjadi lonjakan kasus baru yang luas biasa besarnya. Hal ini terjadi di Amerika Serikat dan berbagai negara Eropa yang jumlah tes per harinya besar. Di Indonesia kemungkinan besar terjadi hal yang sama, karena Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan kecepatan virus menginfeksi.

Jika pemerintah mau jujur. Sebenarnya indikasi lonjakan kasus dapat dilihat dari angka Orang dalam pengawasan (ODP) dan Pasien dalam Pemantauan (PDP) yang terus meningkat setiap harinya dari laporan tiap daerah. Bahkan di beberapa daerah ada yang telah melaporkan kematian pada ODP. Ironisnya lagi seringkali ada media yang melaporkan ada orang yang secara tiba-tiba sedang beraktivitas di jalan atau menunggu, tiba-tiba tersungkur. Orang disekitarnya tidak berani menolong, mereka menunggu petugas kesehatan datang karena dikhawatirkan kasus covid19. 

Bahkan Pak Anis untuk meyakinkan pemerintah, mencoba menggunakan proxy jumlah mereka yang meninggal dan dimakamkan dengan prosedur covid19. Atau mungkin ada pernah mendengar, secara tiba-tiba ada tetangga yang meninggal dengan keluhan awal sesak nafas. Fakta-fakta tersebut secara tidak langsung mengindikasikan adanya kasus covid19 yang telah menyebar luas di sekitar kita. Hanya karena keterbatasan alat tes, maka mereka mungkin tidak sempat dites sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai kasus covid19.

Saya berharap kejadian di Ekuador tidak terjadi di Indonesia. Di Ekuador karena jumlah tes yang terbatas, sehingga rakyatnya banyak yang tidak terdeteksi, sampai akhirnya meninggal mendadak. 

Di sisi lain karena keterbatasan layanan kesehatan dan ketersediaan ventilator menyebabkan banyak kasus yang mati. Bahkan kabarnya, banyak mayat yang bergelimpangan di jalan dan telah dirubung lalat atau masih ada jenazah yang di dalam rumah. Mereka ditinggalkan begitu saja, tidak ada keluarganya yang mau merawat karena takut tertular. Ironis sekali kondisi yang terjadi disana. Ketidakcukupan alat tes, mengakibatkan pemerintah tidak bisa lagi melakukan upaya pencegahan penularan kasus covid19 di masyarakatnya, penularan terus terjadi.

Kabar baik akhirnya tiba di Indonesia. Walaupun agak terlambat, namun saat ini saya amat bersyukur, karena pemerintah akan segera melakukan percepatan testing PCR. Hal yang perlu diantisipasi adalah implikasi dari percepatan PCR. Beberapa kemungkin terjadi dan hal yang perlu disiapkan adalah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline