Tepat pada 08.46 WIT, bersandarlah 3 kapal kami di Dermaga Sungai Fayit. Hampir 3 jam perjalanan. Tepatnya 2 jam 46 menit.
Anak kecil dan beberapa orang dewasa melihat kami datang. Mereka berdiri di tepi sungai. Kaki mereka telanjang sambil menginjak papan kayu dermaga sungai Distrik Fayit. Seolah mereka ingin mengatakan selamat datang di rumah kami, Distrik Fayit.
Satu per satu kami keluar dari kapal dengan uluran tangan warga. Kami terkesan dengan suasana ini. Mungkin agar kami tidak jatuh. Kami pun saling melempar senyum.
Oh, inilah Indonesia di Asmat!
Kami pun mulai bergerak ke lokasi untuk melakukan pendataan. Masing-masing membawa peralatan dan agenda yang sudah disepakati.
Memasuki Distrik Fayit, kondisinya tidak jauh beda dengan Distrik Agats. Terutama karena sebagian besar lahan di Kabupaten Asmat berupa rawa dengan pasang surut yang tinggi. Ditambah lagi, daerah-daerah di kawasan ini juga memiliki curah hujan sangat tinggi. Sungai-sungai yang ada menjadi sumber air baku penduduk.
Ketahuilah, hampir semua jalan di Distrik Fayit menggunakan jalan papan kayu.
Ada kalanya ada jalan papan yang masih bagus. Tapi tak sedikit yang sudah mulai aus. Ada yang cukup lebar, ada pula yang hanya selebar papan. Yang jalan sempit biasanya dipakai penduduk untuk melintas ke kebun, ke sekolah atau untuk menghubungkan rumah warga satu dan lainnya
Seperti juga saya, kalau Anda baru saja menginjakkan di lokasi jalan papan ini, berhati-hatilah agar tidak terpeleset. Kalau terpeleset, artinya rawan terperosok.
"Om! Hati-hati ya!" nasihat salah satu warga saat jalan berpapasan.
Di sela-sela jalan kayu dan di bawahnya, saya lihat banyak sampah berserakan. Sampah-sampah itu kadang datang dari atas, atau juga saat air pasang yang membawa tumpukan sampah dari daratan saat air surut.