Lihat ke Halaman Asli

Hikmah Komunikasi dari Balik Pacaran Kucing

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari di kedai  Susu  murni, saya duduk sendirian sambil membuka helai demi helai halaman buku yg sedang dibaca. Tiba-tiba keasikan baca saya terganggu oleh bisingnya suara dua buah kucing yang tengah berantem.

Karena takut terkena amukan mereka, saya hanya memberanikan diri melihat mereka dari jarak agak jauh saja. Saya lakukan itu sebagai sikap siap siaga saya agar tidak sampai kena pepatah sunda: "kateumleuhan buntut maung". (Hehe.. padahal saya ngeles aja biar tidak dibilang penakut.. :p)

setelah lama saya amati, eh ternyata dugaan awal saya itu meleset jauh. Anggapan bahwa kedua kucing itu sedang berkelahi itu ternyata salah. Setelah gigitan, erangan dan kejar-kejaran itu cukup lama berlangsung, pada akhirnya ternyata malah jadi hubungan intim.. Ah kirain teh apa.. Kalau tau dari awalmah mungkin saya kaga bakal terjebak nonton fornografi binatang..  dosa ga ya.. hehe

Tapi saya kemudian jadi berfikir, kok bisa ya dengan perilaku dan nada kasar, sebuah jalinan rasa cinta antar dua kucing itu dapat dikomunikasikan? Anehnya lagi, mereka pada-pada saling mengerti gitu.

Namun setelah diingat-ingat nyatanya dikalangan kita sendiri kita sering menemukan orang orang asik berkumpul penuh suka ria padahal menurut kita gaya obrolan dan candaan mereka itu tidak menarik, tidak seru.

Mungkin di situlah letaknya makna komunikasi. Jika kita sudah mampu berkomunikasi (bisa memahami dan menangkap isi yg sedang ditransformasikan) dengan partner kita, bagaimanapun caranya komunikasi itu dilakukan tentu akan mengantarkan mereka pada suatu kesepahaman yg sama dgn yg dimaksudkan si subjeknya.

Ada munculnya kesepahaman itu tentu karena kita sudah sering bersama melakukan komunikasi itu. Itulah teman.

Jika komunikasi terkena miskomunikasi, padahal itu dilakukan dengan kawan sendiri, dengan sendirinya, dengan teori di atas bisa jadi sebenarnya antara kita dan kawan kita itu pada hakikatnya belumlah menjadi teman yg sebenarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline