Jalan raya Jogja-Solo sudah dipadati kendaraan arus pemudik. Sekelompok pemuda bersiap di simpang empat. Begitu lampu merah menyala, mereka menghambur ke jalan raya. Pemuda berbaju loreng menyodorkan sebotol obat tetes mata pada pengendara sepeda motor. Mula-mula tawaran itu ditampik halus.
"Ini gratis, Pak!" jelas pemuda itu.
begitu tahu gratis, cepat-cepat dia menerimanya sebelum lampu hijau menyala.
Di sebelahnya, pemuda berjaket hijau dan berpeci juga ikut membagikan obat tetes mata. Tak jauh dari situ, seorang pemuda berkaos putih tidak ketinggalan dalam aksi ini.
Mereka adalah para aktivis lintas iman di Klaten. Pemuda berseragam loreng bernama Ragil. Dia menjadi anggota Banser. Pria berjaket hijau adalah pegiat dari gerakan pemuda Ansor. Sedangkan pemuda yang disebutkan terakhir adalah seorang pendeta David Pratama putra dari GKJ Ceper, Klaten. Saat ini mereka menggabungkan diri dalam Posko Lebaran Lintas Iman yang berlokasi di Jogonalan Klaten.
***
Setiap menjelang dan sesudah Idul Fitri, Gerakan Pemuda Ansor selalu membuka pos pelayanan untuk membantu para pemudik. Tahun ini, GP Ansor cabang Klaten membuka lima titik posko yaitu di Wonosari, di kantor PC NU Klaten, Ngupit, Prambanan, dan Jogonalan.
Namun ada yang istimewa pada pos di Jogonalan. Mulai Hari Senin, 4 Juli 2016, sejumlah pemuda lintas iman ikut bergabung ke dalam posko ini. Para aktivis Forum Kebersamaan Umat Beriman di Klaten ini akan ikut melayani para pemudik. Ide untuk membuka posko bersama itu muncul saat para pemuka agama yang tergabung dalam Forum Kebersamaan Umat Beriman (FKUB Kebersamaan) Klaten berkumpul. Dalam pertemuan ini disepakati para umat dari berbagai agama menyatukan potensi untuk melayani pemudik.
Marzuki Adnan, sebagai ketua Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor menyambut hangat bergabungnya para pemuda lintas iman ini. Mereka akan dilibatkan dalam pengaturan lalu lintas dan juga membantu para pemudik yang melintasi antara Kota Jogja dan Solo ini.
Aksi bersama lintas iman ini sebenarnya bukan yang pertama. Sudah cukup lama aktivis lintas iman mengadakan kegiatan bersama. Misalnya saat terjadi bencana gempa bumi dan erupsi gunung Merapi, mereka bahu-membahu membantu para penyintas bencana. Mereka juga pernah bersama-sama mengadakan pelayanan pengobatan, pasar murah, penghijauan dan parade budaya.
"Aksi bersama ini menunjukkan bahwa kami tidak sekadar berwacana, tapi sudah berkarya secara nyata," demikian kata pendeta Sutomo dari GKJ Gondangwinangun, Klaten.