Lihat ke Halaman Asli

Purnawan Kristanto

TERVERIFIKASI

Penulis

Miyabi Menelanjangi Sistem Pendidikan Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13483262591339702667

[caption id="attachment_200433" align="aligncenter" width="400" caption="Sumber: http://kolom-biografi.blogspot.com"][/caption] Pemuatan foto Miyabi atau Maria Ozawa pada buku pelajaran menyingkapkan fakta bahwa buku-buku untuk anak sekolah ini masih digarap asal-asalan dan hanya berorientasi pada proyek komersial. Pelajar kelas tiga SMP Kota Mojokerto mendadak heboh saat menemukan foto artis film porno ini pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam buku LKS terbitan CV Sinar Mulia ini, para pelajar diminta untuk mendeskripsikan (menggambarkan) siapa sosok artis cantik asal Jepang itu. Mengapa bisa lolos? Saya menduga ada dua sebab: Pertama, longgarnya pengawasan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk menumbuhkan kompetensi siswa, maka siswa harus mengerjakan LKS , yaitu lembaran tambahan di luar buku pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa.  Berbeda dengan buku pelajaran, penggunaan LKS ini lebih bebas. Sekolah boleh memilih LKS yang akan dipakai. Biasanya hal ini ditentukan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Untuk memenuhi kebutuhan ini, para penerbit berlomba-lomba menerbitkan LKS. Kadang-kadang, pemilihan LKS yang digunakan tidak semata-mata dari kualitasnya, tetapi juga dari harga jual LKS tersebut. [Dan dari bisik-bisik para pemasar LKS, terkadang juga dipengaruhi oleh berapa persen komisi yang akan diterima oleh pembuat keputusan]. Kedua, kesalahan penerbit. Saya pernah bekerja di sebuah penerbitan. Sebelum akhirnya dipegang oleh murid, ada tahap-tahapan yang harus dilalui sebelum sebuah naskah menjadi buku pelajaran. Naskah buku pertama-tama akan dinilai kelayakannya oleh penerbit. Jika layak secara kualitas dan komersial, maka pengarang lalu menyerahkan softcopy kepada editor buku. Pada tahapan ini, naskah akan ditelisik dengan sangat teliti oleh mata penyunting. Jika masih ada kekurangan, maka naskah akan dikembalikan ke pengarang untuk diperbaiki. Jika inisiatif pemasangan foto berasal dari pengarang, maka  seharusnya foto itu bisa dicegat ketika melintasi mata editor. Pertanyaannya, apakah editor telah bekerja dengan teliti? Bisa jadi karena ingin menghemat biaya produksi, maka penerbit tidak banyak menyediakan editor. Akibatnya, editor dibebani dengan banyak naskah sehingga mereka melakukan penyuntingan cepat untuk mengejar target. Kemungkinan yang lain, kesalahan terletak pada bagian artistik. Bisa jadi pengarang memang tidak menyertakan foto Miyabi. Dia hanya memberi tugas kepada editor" "Carikan gambar artis yang cantik." Order ini diteruskan oleh editor kepada bagian artistik, yang kemudian mencarinya di internet. Lalu ditemukanlah foto Miyabi. Karena keluguannya, bagian artistik ini segera memasang gambar Miyabi, tanpa tahu bahwa dia adalah artis film porno. Kesalahan ini sebenarnya masih dicegat jika penerbit mempekerjakan korektor. Dia akan menjadi filter bagi kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh koleganya. Akan tetap sekali lagi demi efesiensi, beberapa penerbit kadang mengabaikan tahapan ini. Seandainya mata korektor juga masih silap juga, masih ada tahap proofing, yaitu penelitian pada hasil cetakan mula-mula. Jika sampai ada kesalahan pada tahap ini, maka penerbit akan mengalami kerugian karena harus mengeluarkan ongkos untuk koreksi, membuat film dan plat. Itu sebabnya, beberapa penerbit kadang melewati tahap proofing ini sebab seandainya ada keselahan, mereka akan tetap mencetaknya. Perbaikan akan dilaksanakan pada cetak ulang berikutnya. Demikianlah, untuk mengejar profit-margin yang tinggi, maka aspek kendali mutu mungkin saja diabaikan dalam penerbitan buku pelajaran dan LKS.  Ini sungguh menyesakkan. Anak-anak kita yang masih polos disuguhi bacaan yang disusun dengan asal-asalan. Asal bisa terbit. Asal dapat proyek. Asal untung. Saat ini Miyabi telah menelanjangi aib penerbitan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline