Lihat ke Halaman Asli

Purnawan Kristanto

TERVERIFIKASI

Penulis

Elang Jawa Paska Erupsi Merapi

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12941572121937675574

Saat mengantarkan bantuan ke Merapi, saya melihat elang jawa terbang  di lereng Merapi ( Selasa, 4 Januari 2010). Elang jawa atau dalam nama ilmiahnya Spizaetus bartelsi adalah spesies langka yang nyaris punah. Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan.

Photobucket

Saat Merapi erupsi, dikhawatirkan burung ini terkena dampaknya. Baik itu dampak langsung yaitu tersambar awan panas, maupun dampak tidak langsung yaitu habitatnya yang rusak. Kemunculan burung ini tentu menggembirakan karena menunjukkan hewan ini ada yang selamat. Burung berputar melayang-layang berputar-putar dengan anggun. Melihat itu, saya segera menyambar kamera video dan kamera foto untuk mengabadikan peristiwa yang jarang saya lihat. Saya sudah sering melihat rekaman video burung elang yang terbang. Bahkan mungkin dengan kualitas yang lebih baik. Akan tetapi menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana hewan penguasa langit ini melayang, sungguh menimbulkan sensasi tersendiri.

Hadirnya burung elang ini seolah-olah mengabarkan geliat warga lereng Merapi yang mulai bangkit menata diri. Wilayah yang kami layani adalah desa Balerante, yang sebagian wilayahnya menjadi zero ground karena tersapu awan panas. Rumah, pohon, ternak, harta benda warga hangus oleh kegarangan suhu piroklastik yang dimintahkan oleh Merapi.

Photobucket

Zero Ground

Photobucket

Korban awan panas

Photobucket

Hangus

Meski kediaman mereka tak ubahnya seperti padang tundra, namun warga Balerante tak menyerah. Bahu membahu dengan relawan, merek menata kembali kehidupan mereka. Ada yang membersihkan perabotan dengan mesin semprot. Ada yang membuat rumah-rumah bambu untuk tempat tinggal sementara. Ada yang mengirimkan air bersih. Ada yang mulai menghijaukan lereng Merapi dengan menenam bibit-bibit pohon. Ada denyut kehidupan di sana.

Photobucket

Dengan  pak Zainu, kepada dusun I, desa Balerante, kami mengobrolkan tentang banyaknya "wisatawan bencana" yang berduyun-duyun masuk lokasi, terutama pada hari libur. Sebagian warga mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan limpahan rejeki dengan membuat portal-portal swasta. Berbekal sebatang bambu yang dilitangkan di jalan, mereka mencegat kendaraan "wisatawan" yang melintas, berharap mendapatkan "sumbangan sukarela."  Terhadap fenomena itu, warga Balerante membuat kesepakatan yang berbeda. Mereka tidak membuat portal-portal untuk menarik sumbangan. "Kami hanya meminta supaya setiap orang yang datang untuk menanam 2 batang pohon," ujar Zainu. Wow...ini sebuah keputusan yang berpikiran jauh ke depan. Mereka tidak tergoda untuk mendapatkan sumbangan dengan mudah dan cepat dinikmati. Sumbangan uang akan segera habis. Akan tetapi pohon yang tertanam akan memiliki manfaat yang lebih besar dan lebih lestari.

Inilah kenikmatan menjadi relawan. Kami tidak hanya memberi bantuan saja, tetapi terlebih dari itu, kami mendapatkan pelajaran-pelajaran kehidupan dari banyak orang.

Rekaman Video Elang Jawa

Photobucket

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline