Lihat ke Halaman Asli

Agustina Purnami Setiawi

Dosen/Universitas Stella Maris Sumba

Ciuman Pertiwi: Untaian Kasih Terhadap Kearifan Pendidikan Yang Menggetarkan

Diperbarui: 12 Desember 2024   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, tidak hanya berfungsi sebagai landasan hukum dan politik, tetapi juga sebagai fondasi pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman yang menginspirasi masyarakat untuk menjalani kehidupan yang penuh kasih sayang, toleransi, dan persatuan. Dalam konteks pendidikan, penerapan nilai-nilai Pancasila diharapkan tidak hanya mendidik siswa secara intelektual, tetapi juga membentuk mereka menjadi pribadi yang berkarakter, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.

Selain nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, kearifan pendidikan dalam tradisi Indonesia juga memainkan peran penting. Tradisi seperti gotong royong, musyawarah, dan penghargaan terhadap orang tua dan guru sangat relevan dengan pendidikan berbasis karakter. Dalam masyarakat Indonesia, pendidikan bukan hanya tugas sekolah, tetapi juga tugas keluarga dan masyarakat. Konsep bhinneka tunggal ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) yang terkandung dalam budaya Indonesia sangat sejalan dengan nilai persatuan dalam Pancasila.

Kearifan lokal ini mengajarkan pentingnya kebersamaan dan saling membantu, yang sangat relevan dalam pembentukan karakter bangsa. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam pendidikan, Indonesia dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli terhadap sesama dan negara.

Meskipun Pancasila mengandung nilai-nilai kasih sayang, seperti toleransi, keadilan, dan persatuan, kenyataannya banyak terjadi kasus kekerasan di sekolah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip tersebut. Kasus bullying, kekerasan fisik, maupun kekerasan psikologis di kalangan pelajar menggambarkan kurangnya pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang seharusnya menjadi wahana untuk menanamkan nilai-nilai kasih dan saling menghormati justru sering kali gagal menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori pendidikan berbasis Pancasila dan praktik nyata di lapangan, yang membutuhkan perhatian serius dalam implementasinya.

Pendidik perlu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dalam setiap aspek pembelajaran, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ini tidak hanya melibatkan teori, tetapi lebih pada praktik langsung di mana siswa diajarkan untuk menghormati hak-hak orang lain, hidup berdampingan dalam perbedaan, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang bijaksana. Pendidikan karakter yang mengedepankan empati dan saling menghormati harus menjadi bagian utama dari setiap kurikulum.

Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas dan tegas terhadap kekerasan, baik fisik maupun psikologis. Setiap pelanggaran harus disikapi dengan langkah yang tepat, yang tidak hanya menghukum, tetapi juga mendidik. Pendekatan rehabilitatif, seperti konseling atau mediasi, harus dijalankan untuk membantu para pelaku dan korban kekerasan memahami dan mengatasi masalah mereka dengan cara yang lebih sehat.

Sebagaimana konsep Ciuman Pertiwi yang mencerminkan kasih sayang terhadap tanah air, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan bukan hanya tugas sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Orang tua harus berperan aktif dalam menanamkan nilai kasih sayang, toleransi, dan keadilan sejak dini. Kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat akan membentuk lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter yang penuh kasih.

Pendidikan yang menggetarkan hati adalah pendidikan yang membuat setiap siswa merasa dihargai dan diakui sebagai bagian dari bangsa. Dengan mengaitkan setiap aspek pendidikan dengan nilai-nilai Pancasila—seperti mengajarkan penghargaan terhadap perbedaan, menyelesaikan konflik melalui musyawarah, dan mempromosikan keadilan sosial—kita bisa menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki hati yang penuh kasih sayang terhadap sesama.

Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat mengubah kondisi di sekolah yang masih terjadinya kekerasan menjadi tempat yang menggetarkan hati, penuh dengan kasih sayang, seperti yang digambarkan dalam konsep Ciuman Pertiwi. Pengamalan nilai-nilai Pancasila tidak hanya di dalam teori, tetapi juga di dunia nyata, akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, dengan generasi muda yang saling menghormati, mencintai bangsa, dan berkontribusi positif bagi kemajuan Indonesia.

Dengan mengenalkan nilai-nilai tersebut sejak usia dini, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas dalam hal ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki empati, solidaritas, dan semangat kebersamaan. Generasi yang memahami pentingnya kasih sayang kepada sesama dan tanah air, yang tumbuh dengan rasa persatuan dan toleransi, akan menjadi pilar utama dalam mewujudkan Indonesia yang damai.

Kasih sayang yang diajarkan dalam pendidikan sejak dini bukan hanya tentang bagaimana mencintai sesama, tetapi juga bagaimana mencintai tanah air dengan cara yang penuh hormat dan tanggung jawab. Sehingga, "Ciuman Pertiwi" bukan hanya sekadar simbol, tetapi menjadi dasar bagi terciptanya masyarakat yang menghargai satu sama lain dan berkomitmen untuk menjaga perdamaian demi Indonesia yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline