Lihat ke Halaman Asli

Purnama Tambunan

Badminton Lover

Tim Thomas Indonesia, Mulailah Mengandalkan Tunggal Putra

Diperbarui: 22 Mei 2016   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim Thomas Indonesia usai pengalungan medali (sumber: http://badmintonindonesia.org/)

Melihat Ihsan Maulana Mustofa tertinggal di set kedua saat berhadapan dengan Hans Kristian Vittinghus di final Thomas Cup, dada ini seolah sesak. Hans begitu leluasanya menekan Ihsan dan terus memperlebar selisih poin. Tim Denmark pun kian bergemuruh, berbanding terbalik dengan tim Indonesia. Wajah murung Anggia Shitta Awanda yang tersorot kamera boleh jadi menggambarkan sebagian besar suasana pendukung tim bulu tangkis Indonesia saat itu, termasuk saya.

Akhir yang diimpikan tim Denmark pun tiba. Hans menuntaskan tugasnya dan memastikan Denmark menjadi negara pertama dari benua Eropa yang mengangkat Piala Thomas. Viktor Axelsen dan Mathias Boe tak sanggup menahan air mata. Wajar! Indonesia saja, yang sudah mencicipi gelar 13 kali, begitu menggebu-gebu ingin membawa piala itu ke tanah air. Apalagi Denmark, yang belum pernah merasakan gelar juara sebelumnya. Ditambah lagi, Denmark tampil tanpa diperkuat Carsten Mogensen, partner Mathias Boe di ganda putra. Boe/Mogensen merupakan ganda putra terbaik Denmark dan pernah menjadi ganda nomor satu dunia.

Sayang, strategi tim Indonesia untuk mengamankan dua poin dari nomor ganda dan satu poin dari nomor tunggal tidak berjalan baik. Dua ganda sukses meraih poin, namun tidak untuk nomor tunggal. Harus diakui, tiga tunggal putra Denmark tampil lebih baik. Selamat, tim Thomas Denmark, atas gelar juaranya. Meskipun Piala Thomas gagal diraih, saya tetap memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tim Thomas Indonesia. Keberanian melibatkan pemain muda di turnamen sekelas Piala Thomas patut diacungi jempol.

Persiapan yang Matang

Tunggal putra Pelatnas: Ihsan, Jonatan Christie, dan Anthony Sinisuka Ginting, sudah jauh-jauh hari dipersiapkan untuk turnamen Thomas Cup kali ini. Ketiganya sudah dilibatkan dalam beberapa turnamen beregu. Ihsan bahkan sudah pernah merasakan atmosfer turnamen Thomas Cup pada tahun 2014, sekalipun tidak diturunkan dalam pertandingan.

Pada turnamen Sudirman Cup 2015, Jonatan dipercaya berhadapan dengan Hsu Jen Hao di babak perempatfinal. Jonatan berhasil membayar kepercayaan ini dengan membawa Indonesia unggul 2-1 atas Chinese Taipei.

Di turnamen multi event tingkat Asia Tenggara, SEA Games, pebulu tangkis muda kembali diberi kepercayaan. Indonesia berhasil membawa medali emas beregu putra tanpa nama-nama senior seperti Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, dan Tommy Sugiarto. Ihsan menuntaskan tugas dengan baik saat menjadi penentu kemenangan Indonesia.

Selepas SEA Games, PBSI makin sering mengirim ketiganya di turnamen-turnamen level superseries (level turnamen yang dominan diikuti pebulu tangkis top dunia). Anthony bahkan sanggup mencapai babak semifinal turnamen Hong Kong Open Superseries tahun lalu. Jonatan mencatat capaian yang lebih baik, mampu mencapai semifinal Malaysia Open Superseries Premier tahun ini.

Belum lama ini, Indonesia meraih hasil yang mengejutkan di turnamen beregu. Pada kualifikasi Thomas Cup zona Asia, Indonesia keluar sebagai juara dengan diperkuat pebulu tangkis muda. Tidak main-main, di final, Indonesia mengalahkan juara Thomas Cup 2014, Jepang.

Nomor Tunggal sebagai Andalan

Di turnamen beregu putra/putri bulu tangkis, partai tunggal mendapat porsi yang lebih banyak dibanding partai ganda: tiga partai tunggal dan dua partai ganda. Sederhananya, hanya dengan meraih tiga poin dari nomor tunggal, suatu negara bisa meraih kemenangan, seperti yang dialami Denmark hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline