Lihat ke Halaman Asli

Purnama Syari

Mahasiswa

Peran Kurikulum Merdeka dalam Mendukung Pendidikan Multikultural

Diperbarui: 27 Juni 2024   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendahuluan:

            Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman yang sangat luar biasa. Mulai dari keberagaman suku, bahasa, budaya, hingga adat istiadatnya. Akan tetapi, keberagaman juga memiliki resiko dalam melahirkan sebuah konflik. Maka dari itu, diperlukan sebuah cara untuk mencegah terjadinya konflik yang dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang heterogen.

            Dalam mencegah terjadinya konflik tersebut, diperlukan membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi akan arti perbedaan serta kemanusiaan. Untuk membentuk masyarakat seperti itu, maka diperlukan pendidikan sebagai kuncinya. Di dalam merespon keberagaman tersebut, muncul pendidikan multikultural sebagai jalan keluarnya. 

Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan untuk atau keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan (Amin, 2018). Maka dari itu, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai yang ada di dalam pendidikan multikultural sejak bangku sekolah.

            Di dalam sebuah sistem mengajar di sekolah, diperlukan kurikulum yang bertujuan guna dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembalajaran. Saat ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengeluarkan kurikulum terbaru untuk mengganti kurikulum sebelumnya yang dikenal dengan Kurikulum Merdeka. 

Penerapan Kurikulum Merdeka bukanlah tanpa suatu alasan, hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun 2019 menunjukkan bahwa peserta didik di Indonesia menempati posisi keenam dari bawah dalam bidang matematika dan juga literasi. Konsep Kurikulum Merdeka ini ditujukan untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapain skor atau  nilai tertentu  (Suntoro, 2020)

Pembahasan:

            Kurikulum Merdeka hadir untuk menjawab tantangan di Era Society 5.0 yang identik dengan semuanya digital. Akan tetapi, di dalam dunia yang serba digital ini tentunya memiliki dampak baik dari segi positif maupun segi negatif. Tindakan negatif yang patut diwaspadai khususnya yang dapat terjadi di lingkungan sekolah adalah perilaku perundungan. Perundungan yang terjadi di sekolah dapat terjadi dikarenakan salah satunya adalah perbedaan latar belakang antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

            Dibutuhkan sistem pendidikan yang dapat memberikan rasa aman, rasa dihargai, serta rasa diterima oleh semua individu. Maka dari itu, dalam pendidikan multikultural memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan saling menghargai perbedaan. 

Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka sangatlah berbasis terhadap pendidikan multikultural. Hal ini didasari dari tiga buah hal yakni pengembangan materi pembelajaran yang inklusif, beragamnya metode pembelajaran yang diterapkan, hingga turut sertanya guru juga berperan sebagai fasilitator.

             Menurut kajian sosiologi, inklusif merupakan proses pembangunan dengan menerapkan keterbukaan akan keberagaman sosial, ekonomi, dan jga budaya. Di dalam Kurikulum Merdeka seorang guru yang merupakan role model bagi peserta didiknya bebas untuk mengembangkan materi pembelajaran yang mencakup berbagai aspek sosial maupun budaya lokal hingga nasional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline