Lihat ke Halaman Asli

Ratna Purnama

MAHASISWI

Dampak Kesehatan Lansia dalam Peningkatan Penuaan Populasi yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup

Diperbarui: 12 Juli 2023   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lansia merupakan orang yang mengalami penuaan yang sangat perlu membutuhkan proses adaptasi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan tubuh. Menurut WHO, lansia termasuk kelompok umur yang memasuki tahap akhir dari fase kehidupan. Dari proses tersebut bisa disebut dengan Anging process atau bisa juga disebut dengan proses penuaan. Jika terjadinya peningkatan jumlah populasi lansia maka akan ada permasalahannya terutama dengan kesehatan lansia. Lansia akan mengalami penuaan yang ditandai dengan penurunan daya tahan tubuh dan sangat rentan terkena berbagai penyakit (fryda Lucyani, 2009)

 (Badan Pusat Statistik, 2021) Negara yang mengalami peningkatan jumlah penduduk golongan lansia adalah salah satunya negara Indonesia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia dari sekitar 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, lalu terjadinya peningkatan menjadi 24,9 juta jiwa yaitu sekitar (9,7%) di tahun 2019. Di tahun 2020 Lansia dia negara Indonesia mencapai 26,82 juta jiwa (9,92%) dan dapat diperkirakan akan ada peningkatan dimana pada tahun 2035 menjadi 28,2 juta jiwa (15,77%) bisa terjadi jika jumlah penduduk sudah melebihi angka 10% maka negara Indonesia menjadi negara berstruktur penduduk tua atau bisa disebut Anging population.

Negara yang mengalami peningkatan jumlah penduduk golongan lansia salah satunya adalah negara Indonesia. Terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, dan menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019. Di Indonesia angka peningkatan lansia pada tahun 2020 sebanyak 26,82 juta jiwa (9,92%) dan bahkan dapat diperkirakan akan terus ada peningkatan dimana pada tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Jika jumlah penduduk sudah melebihi 10 persen maka negara tersebut menjadi negara berstruktur penduduk tua atau aging population (Badan Pusat Statistik, 2021)

Salah satu akibat dari populasi lansia meningkat adalah akan terjadi transisi epidemiologi, yaitu vergeseri pola penyakit dari penyakit infeksi maupun gangguan gizi yang menjadi penyakit degeneratif. Maka dibidang kesehatan hal ini menjadi sangat nyata karena permasalahan kesehatan pada mereka yang termasuk usia lanjut sedemikian kompleks sangat membutuhkan perhatian yang khusus.

Bahas mengenai suatu population aging menjadi perbincangan yang sangat penting dalam beberapa dekade terakhir ini. Population aging bisa disebut juga sebagai proses dimana penuaan individu menjadi bagian besar dari populasi penduduk di suatu negara, jumlah penduduk didunia dengan usia 60 tahun naik dari jumlah sebelumnya. Kini terdapat 680 juta orang dengan usia lebih dari 60 tahun atau sekitar 11% dari populasi dunia.

Menurut (Taali et al., 2021) Adanya pola kenaikan demorafi penduduk yang luar biasa menimbulkan kekhawatiran di negara-negara karena 3 alasan, yaitu :

Populasi lansia tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan suatu output negara. Lansia tidak termasuk kedalam penduduk usia produktif seperti kerja, sehingga jika populasi lansia tinggi maka pertumbuhan ekonomi negara cenderung lambat.

Populasi lansia relatif besar

kenaikan jumlah populasi akan membebani ekonomi suatu negara karena lansia sangat membutuhkan perawatan medis lebih besar.

Berdasarkan data (Riskesdas 2018, 2018), penyakit terbanyak pada lansia adalah Hipertensi, masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke untuk penyakit tidak menular, adapun untuk penyakit menular yaitu seperti ISPA, diare dan pneumonia. Jika meningkatnya kasus penyakit tidak menular akan cenderung meningkat nya demensia pada lansia, maka kondisi tersebut akan terjadi nya ketergantungan lansia membutuhkan bantuan orang lain atau membutuhkan perawatan jangka panjang.

Data WHO (2016) menyatakan terdapat 17,5 juta orang yang meninggal akibat dari cardiovascular disease (CVD), mewakili 31% dari seluruh kematian global. Diperkirakan 7,4 juta yaitu disebabkan karena penyakit jantung koroner dan 6,7 juta disebabkan oleh penyakit stroke. Lebih dari tiga perempat dari kematian CVD terjadi di berbagai negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebanyak 16 juta kasus kematian dibawah usia 70 tahun akibat penyakit tidak menular, 82% berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah serta 37% disebabkan karena CVD. Menurut laporan Riskesdas pada tahun 2018 jumlah penderita stroke permil di provinsi Jawa Barat terhitung 45,3% berusia 65-74 tahun sedangkan 50% berusia 75 tahun ke atas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline