Lihat ke Halaman Asli

Setuju Komdis PSSI! Tapi…

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Maklumat Kapolda Jateng,Bp Alex Bambang Riatmojo,dengan sangat jelas dan tegas mewajibkan setiap pertandingan sepakbola harus menjunjung tinggi fair play . Entah menganggap angin lalu,saat Persis Solo bertanding melawan Gresik United, Kapolda Jateng disuguhi pertandingan sepakbola "plus" adu jotos.Mungkin yang dibenak para pesepakbola "jagoan",toh,selama ini tidak apa-apa. Maklumat tidak sebatas diatas kertas.Tanggung jawab Polri terhadap keamanan dan ketertiban umum memaksa Bp Alex Bambang Riatmojo bertindak tegas.Bernard Mamadou dan Nova Zaenal ditangkap,ditahan.Walau terjadi protes dari PSSI yang merasa terusik, kedua pemain tetap menjalani proses peradilan dan dijatuhi hukuman. Kapolda Jateng, terus melangkah maju,menegakkan ketertiban umum. Bukannya berterima kasih,dengan segala dalih Komdis PSSI  terus protes karena merasa di Intervensi(?).



Ada baiknya kita merenung sejenak mencermati industri sepakbola nasional. Ijin pemain asing bermain di Liga Indonesia tujuannya demi memajukan persepakbolaan nasional.Pemain domestic diharapkan dapat memetik hal-hal positif dari pemain asing. Tapi,sebaliknya.Bukannya lahir pemain potensial dan PSSI kembali disegani seperti dulu. Perkelahian antar pemain,kerusuhan supporter, dugaan suap-menyuap wasit terus melanda.Permainan lebih didominasi Otot daripada Otak,Okol daripada Akal.Tampak jelas pemain tidak bisa membedakan antara permainan keras dengan kasar , kotor.Juga tak tahu beda Taktik dengan Licik. Dengan mudah mengeroyok wasit bila kehendaknya tak dituruti.Akibatnya,begitu bertanding internasional dengan wasit yang tegas menegakkan aturan,pemain timnas canggung dan serba salah. Prestasi PSSI pun semakin meredup.Pemain potensial tidak muncul.

Saya teringat pemain muda berbakat PSIS bernama Julian Kusuma patah kaki  saat pertandingan melawan (seingat saya)Persib.Dia di takle secara brutal.Ironisnya pemain yang melakukan takle,saya lupa nama tapi ingat wajahnya,masih bebas bermain .Terakhir  wajahnya muncul (kalau tak salah)di team Persija. Belum lama ini  pemain Persebaya,Anang Maaruf ditakle secara ganas oleh lawannya.Ditayangkan bagaimana Anang Maaruf melayang jatuh fatal  dan diduga mengalami patah tangan.



Tak jelas apa sangsi terhadap pemain tersebut.Biasanya hanya sebatas kartu merah saja,maupun sangsi negotiable dari Komdis PSSI.Akibatnya,permainan kasar dan kotor, takle primitif, menginjak,menyikut secara sengaja, terus mewarnai pertandingan sepakbola liga Indonesia.Berapa banyak lagi perlu jatuh korban,ironisnya lagi bila korbannya justru pemain potensial masa depan?.Bagaimana supporter? Kita tahu betapa was-wasnya masyarakat kalau berpapasan dengan supporter.Kembali, dalih-dalih canggih dan professional dikumandangkan oleh Komdis PSSI Hinca Panjaitan .



Sekedar mengingatkan. Kepolisian Inggris turun tangan saat terjadi  bentrokan Steven Gerrard dengan El Hadji Diouf dilorong pemain(bukan dilapangan).Bagaimana dengan mematahkan kaki?Dalam kompetisi semi amatir,Sunday League Football diberitakan Mark Chapman,striker Long Lawford melakukan takle kasar secara sengaja terhadap Terry Johnson.Bek kiri Wheeltappers itupun kakinya patah dan tak bisa bermain selamanya.Kartu merah,denda dari "komdis" Asosisasi Sepakbola Inggris/FA,ternyata tidak cukup. Long Lawford ditangkap polisi,disidang, divonis enam bulan penjara(!).


Saya setuju dengan dalih  Komdis PSSI. Tapi,dengan catatan.Saat terjadi chaos dilapangan, komdis turun tangan langsung.Bpk Hinca Panjaitan dan jajaran PSSI berani (menggantikan Kapolda Jateng dan jajarannya) berdiri di loko kereta yang sedang ditimpuki batu.Silahkan komdis persiapkan pasal-pasal untuk melegalkan tindakkan jantan tersebut.Sebagai awam,saya tidak rela kalau keterlibatan Polri selalu setelah terjadi kerusuhan.Polri sebagai pengayom tidak boleh diperankan PSSI sebagai "tukang gebug" saat terjadi chaos.Sementara potensi yang merusak hanya direspons sebatas aturan diatas kertas, argumentasi lewat pasal-pasal  yang tidak membumi dan diawang-awang . Bp Alex Bambang Riatmojo langkah preventif anda saya rasakan penuh ketulusan demi kemajuan sepakbola nasional dan ketertiban umum. Maju terus Maklumat Kapolda Jateng .


Semarang ,18-3-2010


(Purnomo Iman Santoso-EI)

Villa Aster II Blok G no. 10,Srondol,

Semarang 50268




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline