Lihat ke Halaman Asli

Passion: Have You Found It Yet?

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman sekarang, mungkin sudah tidak keren lagi memilih bidang profesi yang terlalu umum.  Anak remaja jaman sekarang menganggapnya terlalu umum, terlalu biasa, not unique, not cool….

Am I right?

Dan lebih tidak keren lagi, kalau memlih suatu bidang ilmu yang ditekuni atau profesi yang akan diraih berdasarkan keinginan orang lain. Orang tua, yang paling umum. Remaja sekarang tidak suka diperintah dan dibentuk oleh suatu kekuasaan otoriter yang mengharuskan mereka begini-begitu. Remaja lebih cenderung memilih ilmu yang ditekuni saat kuliah dan profesi mendatangnya dengan hal yang paling menyenangkan buat mereka. Yang cocok dengan diri mereka, the one which they passionate about.

Sekali lagi, mungkin pandangan saya bisa salah menurutmu, tapi menurut saya ini yang sekarang terjadi di lingkungan sekitar saya, yang terjadi di kalangan remaja seperti saya.

Berarti, dengan kata lain, remaja masa kini sangat harus menentukan passion mereka. Hal apa yang membuat mereka excited the most, sebagai kunci memilih jurusan dalam universitas dan menentukan profesinya kelak.

Namun masalahnya, it’s not that easy. Tidak segampang menjentikkan jari, atau belajar suatu bab matematika yang sulit untuk mengetahui passion diri sendiri. Well, one big thumb up and congratulations for them who has found it, but for me, honestly, passion telah menjadi salah satu misteri hidup yang belum saya temukan secara benar-benar yakin dalam 16 tahun ini. Jika ditanya tentang passion, saya dan mungkin remaja-remaja lain akan menggeleng, tidak tahu.

Dan untungnya, tanggal 30 Juni 2012 kemarin, saya mendapatkan sedikit pencerahan dari teka-teki yang belum berujung tersebut. Di hari itu, saya mengikuti Fisip Summit 2012, sebuah acara perkenalan dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia tersebut kepada anak-anak SMA seperti saya. Saya mengikuti acara ini karena memang FISIP-lah salah satu fakultas yang paling saya minati, dan saya agak kangen mencicipi jajanan di Takor, hehe.

Jadi, di dalam FISIP Summit ini, ada beberapa acara yang sangat menarik diikuti. Yang pertama adalah talk show dari narasumber yang merupakan alumni UI, lalu ada class simulation di setiap jurusan FISIP, dan terakhir ada sesi Tips & Trick untuk SNMPTN dari Fauzan Al-Rasyid—which is kind of unimportant untuk anak-anak SMA yang akan lulus pada tahun 2013, karena SNMPTN tertulis ditiadakan, dan jujur saya tidak terlalu memperhatikan sesi ini sepenuhnya, hehe.

Nah, balik lagi ke soal passion and its puzzles, di dalam talkshow yang dihadiri oleh  Andhyta Firselly (Co-founder Indonesian Future Leadersdan Universitas Indonesia's Delegate for Harvard Model United Nations2012) danAmanda Zevannya(Alumni FISIP UI dan Runner-Up Miss Indonesia 2011), seperti yang saya bilang tadi, saya menemukan awal dari penyelesaian penemuan passion itu sendiri.

Andhyta Firselly sendiri, tidak sengaja menemukan passion-nya dalam hubungan internasional. Merasa ‘terdampar’ di hubungan internasional, lambat laun ia bisa menyesuaikan dirinya dengan jurusan yang kabarnya paling ‘hectic’ di antara jurusan FISIP lainnya. Menurutnya, cara menemukan passion yang paling tepat adalah, I’m quoting:

“Coba pikir, ilmu atau hal apa yang bakal lo pilih yang kira-kira lo bisa survive 3-4 tahun ke depan di kuliah. Dan gak sekedar survive aja, tapi jika uang sudah lenyap dari muka bumi ini, lo masih rela melakukan hal itu, even though, lo gak dibayar sama sekali,”

Kalau Amanda Zevannya, lain lagi. Ia masuk dalam jurusan komunikasi atas keinginannya sendiri walau masuk Universitas Indonesia adalah sedikit hasil dari kemauan ibunya. Ia menemukan passion-nya saat ditawari untuk mendaftar, atau sekedar mengisi formulir menjadi Miss Indonesia, dan menyadari bahwa selama ini, sedari ia kecil, ia memang ‘banci tampil’; yang kemudian membawanya menjadi entertainer seperti sekarang.

“Tapi, menurut saya, passion itu something you’ve been doing from the start you were born. It’s like, you always do it, but you don’t know it yet. Kayak saya misalnya, pas ditawari menjadi Miss Indonesia, sempet ragu, tapi pas mikir ‘oiya, gue kan dari dulu seneng kamera; banci tampil’, semenjak itu saya yakin dan merasa menemukan passion saya,” That’s what she said about how to finding passion :)

Tadinya saya pun mau bertanya, sebenarnya passion yang mereka maksud itu lebih mencondong ke arah minat, sesuatu yang disenangi orang, atau bakat, hal yang seseorang jago lakukan. Namun mengulik dari pernyataan mereka di atas, pertanyaan saya seperti terjawab. I think, it’s better finding your passion based on your interest. Karena, tidak semua orang menyenangi ‘bakat’ yang telah diterimanya. Ingat Troy Bolton dalam High School Musical yang berbakat dalam bidang basket tetapi ternyata ia menemukan dirinya lebih enjoy dalam bernyanyi dan berteater? Nah, jika keadaanmu seperti itu, menurut saya, ikuti minatmu, tapi coba gabungkan dengan bakatmu. Jadi, kamu tidak hanya senang menjalaninya, tetapi juga mempunyai skill juga :)

So, apakah sudah sedikit terbuka solusi pertanyaanmu tentang passion?

I hope it did, and let’s find our way to our true passion! ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline