Lihat ke Halaman Asli

purcahyono hariprasetyo

Bergabung di kompasiana agar dapat menuangkan ide dan pengalaman

Malam Kelam di Ukraina

Diperbarui: 28 Februari 2022   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam itu terasa cepat sekali, mimpi yang belum usai, raga letih masih mendera, serasa malam tak ingin lekas beranjak.

Namun, seketika berubah saat suara dentuman memecah kesunyian, suaranya menggetarkan jiwa, mengetuk dinding jantung berulang-ulang, percikan api berkilauan menutup cahaya mata. Desing peluru berlomba-lomba di atas kepala.

Sekejap kemudian suasana berubah, damai yang dulu kita rasakan telah hilang. Ia tak mampu melawan nafsu yang bersemayam dalam atma. Kebahagiaan dan kegembiraan tak lagi kita lihat pada wajah-wajah polos, kini kita saksikan wajah-wajah yang penuh kecemasan.

Jerit dan tangis silih berganti di antara suara ledakan. Seorang ibu harus merelakan putranya untuk membela tanah air tercinta. Di sudut lain, seorang wanita muda melepas kepergian sang suami dengan derai air mata sebab sang putra tak pernah lagi melihat sang ayah.

Kita hanya dapat melantunkan doa kepada Tuhan, agar perang segera berakhir, sirna segala angkara murka. Agar kita tak lagi menyaksikan korban-korban berjatuhan juga puing-puing yang berserakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline