Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Kajian Pustaka dalam Kehidupan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat ini, kita sering melihat rekan-rekan kita mengutip berita atau informasi dari berbagai sumber dan menayangkannya ke media sosial dengan mudah. Mengutip informasi sebenarnya tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah jika informasi yang dikutip tersebut tidak valid atau bersumber dari media yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasilnya adalah tersebarnya informasi yang sesat dan menyesatkan. Jika informasi yang diperoleh ternyata keliru maka kesimpulan yang diambil pun berpotensi besar untuk keliru. Tentu hal ini adalah masalah besar karena salah satu masalah terbesar kita sebagai manusia adalah saat kita salah menarik kesimpulan.

Jika seseorang yang mengutip informasi dari sumber yang tidak valid tersebut adalah seorang yang tidak pernah mengenyam bangku kuliah, maka hal itu mungkin masih dapat ditoleransi. Hanya saja, jika pengutip dan penyebar informasi yang berpotensi menyesatkan tersebut pernah mengenyam jenjang kuliah dan lulus maka kualitas kesarjanaannya pun perlu dipertanyakan. Sebagai orang yang pernah menyelesaikan pendidikan sarjana, kita tentu tidak dapat terhindar dari pekerjaan membuat karya ilmiah, yaitu skripsi atau tugas akhir.

Salah satu bagian dalam skripsi adalah kajian pustaka. Melalui kajian pustaka, kita dituntut untuk mengumpulkan, membaca, membandingkan, dan mengambil kesimpulan dari pustaka-pustaka yang kita kumpulkan tersebut. Hasil dari kajian pustaka akan menjadi acuan bagi kita dalam melakukan penelitian atau menjadi bahan pertimbangan saat kita menganalisa data hasil penelitian kita. Sekarang, mari kita lebih berfokus pada kaidah-kaidah dalam melakukan kajian pustaka.

Aturan yang pertama adalah sumber pustaka yang akan kita jadikan acuan harus berasal dari sumber yang dapat dipercaya atau kredibel. Itulah mengapa bobot pustaka yang bersumber dari buku teks, jurnal, maupun prosiding seminar dihargai tinggi. Informasi dari koran dapat dijadikan sebagai pustaka tetapi tidak boleh dijadikan sebagai acuan utama. Kita sebaiknya menghindari mengacu dari Wikipedia. Tentu saja kita harus menghindari mengacu pada blog atau sumber-sumber lain yang tidak jelas penulisnya dan tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Penyebabnya sederhana. Kita disarankan untuk mengacu informasi yang sumbernya kredibel dan akuntabel dan di sisi lain kita sebaiknya menghindari mengacu informasi yang sumbernya tidak dapat dipercaya. Kredibilitas dan akuntabilitas sumber informasi sangat berpengaruh pada kebenaran informasi.

Aturan yang kedua adalah mekanisme pengambilan kesimpulan berdasarkan studi pustaka. Kita diharuskan membaca pustaka secara lengkap dan teliti. Kita perlu menghindari membaca pustaka secara serampangan, screening, apalagi hanya dengan membaca judulnya. Membaca pustaka secara penuh akan mendorong kita untuk menghasilkan kesimpulan yang utuh. Situasi yang berbeda adalah jika kita melakukan hal-hal yang sebaliknya. Kesalahan mengambil kesimpulan dapat berasal dari ketidaklengakapan dalam membaca pustaka.

Aturan yang ketiga adalah jumlah pustaka yang diacu. Untuk mengambil satu kesimpulan saja, kita perlu membaca lebih dari satu pustaka. Semakin banyak pustaka yang kita baca, hasil kesimpulannya juga semakin kuat. Itulah pentingnya kegiatan membandingkan. Kita sebaiknya menghindari mengambil kesimpulan hanya berdasarkan satu pustaka saja. Jika pustaka tersebut kebetulan keliru maka keputusan yang kita ambil juga keliru. Dengan membandingkan lebih dari satu dan semakin banyak pustaka maka kita akan melakukan komparasi pustaka. Akan terbangun hubungan antara masing-masing pustaka, yaitu saling melengkapi, saling menguatkan, memperbarui, atau justru bertolak belakang. Dengan demikian, akan dihasilkan kesimpulan yang baik.

Aturan yang keempat adalah untuk mencapai kesimpulan yang bersifat umum, kita perlu melakukan kajian untuk parameter-parameter yang bersifat khusus (pendekatan deduktif). Kesimpulan umum harus dilengkapi dengan syarat-syarat yang lebih khusus. Kita dapat mengatakan seseorang itu baik jika syarat-syarat orang baik terpenuhi pada diri orang tersebut.

Aturan-aturan dalam kajian pustaka tersebut akan sangat baik jika dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita, khususnya dalam menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan akan lebih baik jika kita selalu bertanya. Apakah sumber informasi yang kita gunakan tersebut kredibel dan akuntabel? Apakah kita sudah mengakses informasi tersebut secara lengkap dan utuh? Apakah jumlah informasi yang kita gunakan sudah cukup memadai? Apakah atribut-atribut khusus dalam kesimpulan yang kita ambil sudah terpenuhi? Jika kita sudah melakukan kajian pustaka/informasi dengan benar, Insya Allah kita akan semakin bijaksana dalam menarik kesimpulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline