Lihat ke Halaman Asli

Purbasari Syawal

ibu/penulis/sleepingenjoy

Gagasan Ki Hajar Dewantara Menjadi Inspirasi Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 26 Mei 2023   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

tema: Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar

subtema: Sosok Inspiratif Merdeka Belajar

keyword: Semarak Merdeka Belajar

Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas selalu kita peringati setiap 2 Mei dengan adanya upacara di sekolah, atau di kantor, dan sejumlah institusi pendidikan, termasuk akun-akun media sosial yang konsen dalam masalah pendidikan di negeri ini turut memeriahkan hari itu dengan adanya lomba cerdas cermat, kuis ilmu pengetahuan, atau seremoni lain yang temanya tak lepas dari pendidikan.

Sering tergelitik dalam hati, apakah para pelajar tahu persis mengapa mereka dan kita turut merayakan hari tersebut? Seberapa tahu anak-anak muda, termasuk saya pribadi tentang sosok seorang Ki Hajar Dewantara dan pengaruhnya dalam pendidikan di Indonesia. Termasuk mengapa ide dan gagasan Ki Hajar Dewantara menjadi inspirasi adanya implementasi Kurikulum Merdeka.

Ki Hajar Dewantara, Hardiknas, dan Ide Kebebasan Merdeka Belajar

Kita tak bisa pungkiri bahwa peran Ki Hajar Dewantara sangat besar di dalam menggerakan pendidikan di negeri ini, sampai kita semua menjadikan hari kelahirannya sebagai seremoni penting. Bayangkan saja jika kita anak muda hidup dalam suasana masa penjajahan seperti yang dirasakan oleh Ki Hajar Dewantara, sepertinya belum tentu kita seberani sikapnya, dan menjadi pencetus kalau bangsa kita butuh akan pendidikan. Bukan saja mereka yang berasal dari kaum bangsawan, hartawan, dan keluarga yang mereka dengan penguasa kolonial, melainkan pendidikan itu perlu dan wajib tersentuh buat bangsa kita yang saat itu banyak yang hidup miskin, bekerja sebagai kuli bayaran, anak perempuan, dan mereka yang manut-manut saja dan tidak sadar kalau negerinya sedang terjajah.

Padahal jika Ki Hajar Dewantara hanya memikirkan dirinya sendiri, mungkin orang-orang pribumi sekitarnya tidak akan merasakan apa itu sekolah, belajar melalui buku, dan belajar keterampilan dan keahlian yang berguna dimasanya. Beliau justru resah karena bangsanya terjajah, menjadi obyek pembodohan sang penjajah. Sekalipun ada sekolah buat pribumi, itu dibangun hanya untuk kepentingan politik dan ekonomi kolonial berkuasa, serta hanya mengajak anak-anak pribumi bangsawan saja.

Sikap kritis Ki Hajar Dewantara yang lahir pada 1889 dari keluarga raja dengan nama asli Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat itu terus bergema. Sekalipun sakit dan tidak meneruskan pendidikannya di Stovia, Ki Hajar Dewantara terus berjuang dan berpikir bagaimana bangsa kita tetap tersetuh dengan pendidikan. Sejumlah wacana dan sikap kritisnya tentang pendidikan, beliau sampaikan melalui artikel dan berita-berita di berbagai koran yang terbit di jaman itu. Bukan hanya itu, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Taman Ssiswa pada 3 Juli 1922 sebagai langkah nyata mendirikan sebuah institusi pendidikan buat bangsa sendiri tanpa melihat latar belakang kaya atau miskin, bangsawan atau orang biasa.

Ada beberapa pemikiran dari seorang Ki Hajar Dewantara yang sampai sekarang ditekankan, bahkan menjadi lahirnya Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang dipimpin oleh Menteri Nadiem Makarim sejak Februari 2022. Seperti pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang mempunyai arti bahwa Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan jika di belakang maka memberi dorongan.

Pemikiran merdeka atas diri sendiri agar tidak mudah digerus sang penjajah termasuk ide pokok yang membuat Kurikulum Merdeka di masa sekarang masih berkesinambungan. Buat Ki Hajar Dewantara, anak-anak itu akan hidup dan tumbuh sesuai dengan takdirnya sendiri, maka dari itulah sang pendidik hanya turut mendampingi, menuntut, merawat, dan mengajak mereka tetap berilmu sesuai dengan kemampuan dan selera masing-masing. Dari pemikiran itulah didalam Kurikulum Merdeka ada hak kebebasan dan merdeka buat para siswa yang sedang belajar di institusi pendidikan, mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB, sampai Kampus Perkuliahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline