Lihat ke Halaman Asli

Masih Jaman Kecurangan dalam UN

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Meskipun penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) untuk SD,SMP,SMA telah selesai dilaksanakan. Meskipun kegiatan Ujian Nasional (UN) tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun, akan tetapi dalam proses selalu menimbulkan kontroversi. Kecurangan yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan Ujian Nasional (UN) adalah adanya jual beli kunci jawaban. Banyak sekali yang menjual jawaban yang tidak benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu, praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam penyelenggarakan UN. Ada kecurangan yang lebih parah lagi contohnya seperti sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan kepada anak didik.Kecurangan semacam itu masih sering mewarnai pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tiap tahun. Alasan yang digunakan karena malu jika ada anak didik sekolah yang bersangkutan tidak lulus.

Maraknya praktik mafia dalam UN sangat memprihatinkan. Seharusnya UN dilaksanakan dena dengan cara-cara yang jujur bukan dengan cara-cara yang curang. Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan pendidikan yang mengajarkan pentingnya nilai kejujuran. Meskipun Kemendiknas dengan menambah jumlah paket soal yang semula dua paket menjadi lima paket, dan untuk mulai tahun ini 2013 samapi sekarang menjadi 20 paket patut diapresiasi. Dengan 20 paket soal yang berbeda, tentu akan mengurangi praktik jual beli jawaban UN serta meminimalikan peluang kerja sama dan aksi menyontek siswa ketika ujian berlangsung. Namun saat ini juga masih beredar kunci jawaban meskipun soal ujiannya 20 paket tetap masih beredar kunci jawaban. Tujuannya diadakanya soal 20 paket agar siswa yang ikut UN juga mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi soal-soal yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Apabila anak yang membeli kunci jawaban anak tersebut menjadi malas belajar dia hanya mengandalkan kunci jawaban tersebut. Beredarnya kunci jawaban belum tentu kunci jawaban yang dia beli itu membikin dia lulus ada sebuah kasus ada seorang siswa membeli kunci jawaban anak tersebut hanya menghandalkan kunci jawaban yang dia beli dia tidak belajar sama sekali waktu ujian dia tidak membaca soal sama sekali dia sudah berpikiran positif dengan kunci jawaban yang dia beli ternya kunci jawaban yang dia beli ternya penipuan. Biasanya kunci jawaban itu di berikan lewat sms 10 menit sebelum Ujian Nasional (UN) di laksanakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline