Sopo kuwi Gayus?.
Pertanyaan itu terlontar dari bapakku di Pekalongan, ketika kami sedang asyik-asyiknya mengobrol ditelephone soal proyek jembatan di kampung kakekku. Entah kenapa, aku tiba-tiba cerita soal Gayus yang merugikan pemerintah milyaran rupiah.
"Kampung dapat dana berapa pak buat pembangunan jembatan?"
"200 juta, tapi proyek pengaspalan jalan dana nya belum turun"
"Wah, cuma 200 juta aja kok nunggu nya lebih dari setahun. Sementara Gayus bisa dapet duit milyaran dalam waktu sekejap". jawabku saat itu
"Sopo Kuwi Gayus (siapa itu Gayus)?" bapakku balik bertanya.
Akhirnya aku cerita panjang lebar soal Gayus, padahal ya sudah eneg sama berita-berita Gayus yang tak kunjung usai.
Kampung kakek nenekku di daerah pedalaman di Kabupaten Pekalongan. Jalan disana memang belum dapat sentuhan aspal, baru "krecakan" . Entah berapa mobil angkutan yang sudah beberapa kali masuk jurang. Listrik dari PLN pun belum ada. Warga kampung membuat kincir air dengan modal sendiri. 3 tahun lalu ada kabar, bahwa pemerintah akan mengaspal jalan,membuat jembatan dan membuat kincir besar untuk tenaga listrik (entah apa namanya aku lupa). Menunggu dan menunggu akhirnya turun juga dana 200 juta untuk pembangunan jembatan.
Kembali ke judul.
Bapakku memang cuma lulusan SMK. Tapi yang membuataku heran, kenapa bapakku tidak tau soal kasus Gayus Tambunan yang sedang ramai dibicarakan di media. Padahal dirumahku ada televisi. Apa karena bapakku lebih senang liat sinetron ya?
Setelah aku tanya beberapa saudara dikampung, mereka ternyata juga tidak paham tentang kasus yang sedang hangat itu. Bahkan ada yang menjawab " Ora ngurusi ah, sing penting golek mangan dewe",( Gak ngurusi, yang penting cari makan buat sendiri).