Kehidupan seorang penghafal Al-Qur'an adalah perjalanan penuh makna yang memperkaya dimensi spiritualnya. Pengalaman ini tidak hanya sebatas menghafal ayat-ayat suci, melainkan juga memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam, dengan al-Hadis sebagai panduan utama.Seorang penghafal Al-Qur'an memulai perjalanan ini dengan niat yang ikhlas dan tawakkal, prinsip-prinsip yang mendapat landasan kuat dalam studi al-Hadis. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa segala amal perlu dimulai dengan niat yang bersih dan tulus, sehingga mengingatkan bahwa tujuan akhir dari usaha kita adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dalam menghafal Al-Qur'an, niat ikhlas ini menjadi landasan utama, memastikan setiap langkah diambil dengan penuh ketulusan.
Selanjutnya, studi al-Hadis mengajarkan tentang tawakkal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Seorang penghafal Al-Qur'an diajarkan untuk memahami bahwa hasil akhir dari upaya menghafalnya berada sepenuhnya di tangan Allah. Ini memberikan ketenangan batin dan meminimalkan rasa putus asa ketika menghadapi kesulitan dalam proses menghafal.Penghafal Al-Qur'an juga merasakan kedalaman bahasa dan makna ayat-ayat Al-Qur'an, sebuah pengalaman yang mendalam yang sejalan dengan ajaran al-Hadis. Hadis-hadis menggambarkan keindahan dan kehebatan Al-Qur'an sebagai wahyu ilahi, mendorong seorang penghafal untuk lebih dari sekadar menghafal, tetapi juga memahami dan meresapi setiap ayat yang dihafalnya. Hal ini memperkaya spiritualitas dan memberikan dimensi mendalam dalam hubungan dengan Al-Qur'an.
Selanjutnya, aspek ketekunan dan kesabaran, yang menjadi pilar utama dalam perjalanan menjadi penghafal Al-Qur'an, memperoleh arahan yang jelas dalam al-Hadis. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh nyata tentang bagaimana menghadapi kesulitan dan tantangan dengan sabar. Hadis-hadis yang merinci pentingnya ketekunan dan kesabaran menjadi penasihat setia dalam setiap langkah perjalanan penghafalan Al-Qur'an.Tema hormat kepada guru dan orang tua dalam al-Hadis juga merasuk dalam perjalanan seorang penghafal Al-Qur'an. Ajaran Nabi Muhammad SAW tentang menghormati dan mendengarkan guru menggarisbawahi bahwa perolehan ilmu tidak hanya melibatkan hubungan dengan Allah, tetapi juga membutuhkan sikap hormat dan tawadhu kepada mereka yang membimbing dalam perjalanan spiritual ini.
Selain itu, kehidupan seorang penghafal Al-Qur'an dalam masyarakat juga diwarnai dengan nilai-nilai sosial yang diajarkan oleh al-Hadis. Penghafal Al-Qur'an diajarkan untuk menjadi teladan bagi masyarakat, menjunjung tinggi keadilan, toleransi, dan kasih sayang. Dengan demikian, perjalanan spiritual ini tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitarnya. Dalam keseluruhan, menjadi seorang penghafal Al-Qur'an merupakan perjalanan spiritual yang tidak terhingga. Melalui persinggungan dengan ajaran al-Hadis, setiap langkah dalam penghafalan Al-Qur'an menjadi lebih bermakna. Kedisiplinan, keikhlasan, ketekunan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang diambil dari al-Hadis memberikan fondasi kuat bagi seorang penghafal untuk menjalani perjalanan spiritual ini dengan penuh keberkahan dan makna.
- Adapun Metode Menghafal Al-Qur'an
Yang saya gunakan adalah metode gabungan antara tahfidz , kitabah , dan sima’i dengan mendengarkan murottal Al-Qur’an 1 halaman maupun 1 surat kemudian membaca 1 halaman diulang sebanyak 5 kali , kemudian menutup mushaf dan di baca di ulang Ketika sholat wajib 5 waktu maupun sholat sunnah lainnya , kemudian setelah di ulang , saya menulis nya di buku portofolio bacaan yang sudah di hafal agar ingatan juga lebih kuat.
- Adapun Syarat – syarat dan Etika Menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an tidak menjadi kewajiban sebagai umat islam seluruhnya. Karena tidak ada syarat – syarat mengenai ketentuan hukum. Adapun syarat yang harus dimiliki calon penghafal Al-Qur’an adalah syarat yang berkaitan dengan naluri manusia, syarat tersebut diantaranya :
- Niat
Niat yang ikhlas wajib bagi calon penghafal Al-Qur’an , dengan niat yang ikhlas tersebut dari calon penghafal Al-Qur’an berarti mempunyai keinginan yang kuat (azam) yang sudah ditanamkan di hatinya , jadi tidak ada kesulitan – kesulitan yang akan menghalanginya menghafal Al-Qur’an. Kunci mencapai kesuksesan dalam mengahafal Al-Qur’an.
- Berakhlak Mahmudah atau menjauhi sifat Madzmumah
Setiap calon Penghafal Al-Qur’an tidak hanya hati saja melainkan harus berakhlak baik atau biasa disebut akhlak mahmudah. Jangan sampai para calon penghafal Al-Qur’an berakhlak madzmumah , karena Akhlak madzmumah ini pengaruhnya sangatlah besar terhadap calon penghafal Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an kitab suci bagi umat islam , maka akhlaknya harus baik (mahmudah) , berakhlak seperti Al-Qur’an.
Diantara sifat – sifat akhlak madzmumah yang wajib dihindari para calon penghafal Al-Qur’an adalah khianat, bakhil , ghadab , sombong , dusta , riya’ , sum’ah , iri , dengki , zina , dan seterusnya.Sifat – sifat tersebut sangatlah berpengaruh dalam ketenangan hati para calon penghafal Al-Qur’an. Apalagi pada usia remaja sangatlah cepat sekali terpengaruh.
- Motivasi atau dukungan orang tua
Motivasi atau dukungan orang tua sangat penting bagi anak karena mereka juga ikut menentukan keberhasilan anak dalam menghafal al-Qur`an.
- Memiliki Keteguhan hati dan kesabaran
Biasanya dalam proses menghafal Al-Qur'an, akan bertemu banyak orang berbagai kendala, mungkin kejenuhan, mungkin gangguan Lingkungan oleh kebisingan dan kebisingan. Mungkin gangguan jiwa atau mungkin karena perjumpaan ayat-ayat tertentu yang kelihatannya demikian sulit diingat dan sebagainya. Terutama dalam menjaga hafalan , seperti sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :
Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal AlQur`an itu seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan. Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat,maka ia harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari.” (HR. BukhariMuslim)