Lihat ke Halaman Asli

Bersih Desa Satrasia

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa, 02 April 2013 Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS SATRASIA) Universitas Kanjuruhan Malang, mempunyai hajad yang luar biasa. Mereka menyebutnya acara “Bersih Desa” Satrasia. Konsep adat tradisional Jawa begitu kental terasa di dalamnya. Adam Nur M.,selaku Ketua Pelaksana menuturkan, acara ini dimaksudkan sebagai media “pembersihan diri” agar segalanya lebih baik lagi dari sebelumnya, terlebih dengan keadaan kampus yang saat ini sedang kurang kondusif, dan diharapkan acara ini dapat memberikan manfaat dan dampak positif di lingkup Universitas Kanjuruhan Malang.

Acara dimulai pukul 07.30 WIB, dan seluruh Warga Satrasia (mahasiswa prodi Satrasia) bersiap arak-arakan dengan membawa tumpeng mengelilingi kampus. Prosesi ini umumnya disebut dengan “kirap tumpeng”. Setelah seluruh peserta berkumpul di Pendopo Agung, mereka mendapatkan wejangan-wejangan dari para “Perangkat Desa” Satrasia, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan doa bersama dan memakan tumpeng tersebut. Dalam acara ini turut dihadiri pula oleh “sesepuh-sesepuh Kadipaten Kanjuruhan” atau para pejabat kampus. Tidak berakhir di situ saja, kegiatan ini berlanjut dengan menampilkan pembacaan puisi dan musik akustik, yang mengiringi para peserta dan penonton yang silih-berganti mengunjungi serta membeli aneka jajanan yang dijual di area bazar “Pasar Legi”. Puncaknya, HMPS SATRASIA memberikan sebuah tontonan dan hiburan untuk mahasiswa dan masyarakat setempat, dengan menghadirkan penampilan dari Komunitas Kesenian Jaranan dan Bantengan Malang, yang menyuguhkan atraksi kuda lumping dan bantengan, di halaman Universitas Kanjuruhan Malang. Tak pelak, acara puncak itu begitu menyita perhatian dan menarik animo para mahasiswa dan masyarakat sekitar yang berbondong-bondong turut menyaksikan pagelaran seni tradisional tersebut. Terbukti, ketika sore hari menjelang, hujan deras mengguyur ketika penampilan jaranan beraksi, namun mereka tetap menyaksikan pagelaran ini hingga berakhir pada pukul 17.00 WIB. Begitu acara usai, ucapan-ucapan selamat tak henti-hentinya mengalir dari berbagai pihak untuk HMPS SATRASIA, yang diketuai oleh M. Abdussalam, karena acara yang mereka adakan ini dikemas dengan sangat apik hingga menuju kata “sukses”.

Serangkaian acara bersih desa tersebut, juga bertujuan untuk memberikan pembelajaran bagi mahasiswa dan masyarakat umum mengenai folklore nusantara. Foklore sendiri merupakan adat-istiadat tradisonal, cerita rakyat, dan kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun-temurun.Dari serentetan acara dan prosesi bersih desa ini, para mahasiswa dan masyarakat menjadi tahu dan diingatkan kembali terhadap kebudayaan-kebudayaan tradisional, khususnya yang ada di tanah Jawa, yang hampir dilupakan dan tergerus oleh maraknya kebudayaan-kebudayaan barat (modern). Maka, selayaknya kita sebagai generasi bangsa, haruslah turut melestarikan kebudayaan-kebudayaan tradisional di Indonesia tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline