Aktivitas sehari-hari saya, sebagai seorang mahasiswa sekaligus seorang waiter, membuat tubuh saya sering bergerak. Saat malam menjelang, tak jarang otot-otot saya terasa kaku. Terutama pada bagian kaki, punggung dan tangan. Saya coba istirahatkan tubuh saya dengan tidur. Tapi saat bangun, tubuh saya terasa kaku dan pegal-pegal. Sehingga tak jarang saya bolos kuliah hanya karena pegal-pegal.
Ini tidak baik. Kemudian ibu saya mengatakan untuk mencoba menggunakan balsem sebelum tidur. Saya tidak perduli dengan saran ibu saya. Mana mungkin hanya dengan menggunakan balsem bisa menghilangkan rasa pegal-pegal. Saya pun pergi ke dokter dan mengeluhkan hal tersebut. Dokter memberikan beberapa obat dengan harga yang mahal dan beberapa saran. Seperti tidur dengan posisi yang benar, bantal jangan terlalu tinggi, rajin olah raga, istirahat teratur, banyak minum air putih dan lainnya.
Tapi setelah beberapa hari saya menuruti apa kata dokter tersebut, rasa pegal-pegal dan linu di bagian pinggang terasa lebih parah. Pergerakan tubuh saya seakan terbatasi, terutama di bagian pergelangan kaki dan punggung.
Sebagai seorang pemuda, menggunakan balsem atau krim pegal-pegal adalah suatu hal yang memalukan. Ada kesan tersendiri bahwa balsem atau krim untuk pegal-pegal hanya untuk orang tua saja. Banyak teman-temanku juga berpikiran sama. Ketika merasa linu atau nyeri pada bagian tertentu tubuh, mereka enggan menggunakan balsem sebagai obat. Mereka lebih memilih untuk beristirahat saja atau paling tidak mereka pergi ke dokter.
Saya mengeluhkan lagi pada ibu saya. Ibu saya kembali menyarankan untuk membeli balsem.
Huh...Mungkin inilah saatnya saya menuruti kata orang tua saya. Tapi apa salahnya menuruti perkataan orang tua. Saya pun membeli Geliga Krimsatu bungkus.
Saat akan tidur, saya mencoba mengoleskan krim Geliga Krim ke bagian pergelangan kaki, betis dan tumit. Teman-teman kontrakan menertawakanku saat melihatku menggunakan krim. Saya mengerti, dan Saya cuek saja. Saya rebahkan tubuhku dan tidur.
Keesokan harinya, kaki benar-benar terasa nyaman. Saya bisa merasakan otot-otot saya mengendur dan rileks. Saya tak percaya, tapi inilah kenyataannya. Kaki saya terasa bebas bergerak. Hal itu saya rasakan karena kaki saya terasa ringan saat melangkah menaiki tangga kampus dari lantai 1 ke lantai 4 sebanyak dua kali.
Malam harinya saya coba menggunakan Geliga Krim di bagian punggung. Saya meminta bantuan teman saya untuk menggosokkan di punggung. Saya tak perduli lagi dengan ocehan mereka. Prioritas saya adalah kesehatan saya.
Harapan saya terkabul. Pagi-pagi, saya bangung. Badan terasa nyaman dan ringan. Otot-otot terasa rileks. Aktivitas-aktivitas kembali seperti semula. Saya pun berterimakasih kepada ibu saya karena telah menyarankan saya untuk menggunakan Geliga Krim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H