Lihat ke Halaman Asli

Katanya Gratis

Diperbarui: 24 September 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua orang tak pernah sendiri dalam menjalani kehidupannya, berteman dan berinteraksi dengan lingkungan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Berbagai macam peristiwa yang kita lewati, tak jarang kita saling menjadi saksi. Bahkan dalam beberapa episode pertemanan/persaudaraan kita bisa saling bertukar peran, berganti karakter sesuai kebutuhan. Pada episode yang mengharukan, tangisan dan air mata bisa mewakili sesuatu yang ingin dibahasakan oleh perasaan kita. Pada episode senang dan gembira, tawa dan kelakar meluncur begitu saja mewakili riangnya hati. Dalam satu episode kehidupan saja, (mungkin) tanpa disadari beberapa peran bisa kita mainkan secara bergantian. Ketika harus (berperan) bijaksana kita akan berusaha melakonkannya dengan sempurna, seolah kita adalah orang yang paling bijaksana dunia dan akhirat. Namun suatu ketika, peran marah pun terpaksa bisa kita lakonkan, ajaibnya... kitapun bisa menjadi marah semarah-marahnya. Seolah-olah tak ada satu kekuatanpun yang bisa membendung nafsu amarah yang sedang melanda.Ternyata...dalam episode apapun atau sedang melakoni peran apapun....bahasa menjadi sangat penting. Dalam haru,gembira, bijaksana dan marah... kesuksesanya tergantung bagaimana kita memilih ekspresi dan atau kata-kata untuk membahasakannya. Ekspresi kadang sangat individual sifatnya, tergantung bagaimana kemampuan interpretasi seseorang dalam menghayati perannya. Dan kata-kata atau kosa kata yang dipilih dan digunakan, mencerminkan intelegensi verbal seseorang.Dibanding ekspresi....kata-kata dianggap paling mewakili bahasa komunikasi. Makanya urusan memilih kata-kata yang tepat menjadi di'penting'kan. Urusan berkata-kata bukan urusan 'sekedar' berucap, karena "kata" memiliki makna konotatif yang sangat beragam tergantung konteks 'peristiwa', situasi dan kondisi."Kata" bisa menjadi obat hati yang gulana, bisa menjadi hembusan angin yang menyejukkan.... tapi "Kata" bisa menjadi api yang membakar perasaan, juga bisa mejadi senjata yang MEMATIKAN.
Pada awal kita menjadi manusia, KATA memang harus diajarkan namun hingga kini alhamdulillah masih GRATIS ketika kita harus menggunakan.
Maka sebagai makhluk yang dikaruniai nikmat "logika".....bijaksanalah memilih kata.....Mumpung masih GRATIS....pilihlah kata-kata yang paling baik...dan memberi manfaat yang baik bagi sebanyak-banyaknya orang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline